Ini adalah hal
yang entah berapa kali ku rasakan, ku sadari, lalu terlalaikan olehku. Aku tahu
jelas kalau kau tak disampingku aku pasti merasa sangat sepi, sangat bersedih.
Aku masih ingat rasa rindu yang begitu besar bila kau pergi untuk sehari, seminggu,
atau sebulan. Rasanya,.. ahh teramat rindu. Namun, tak jarang pula bila kita
berdampingan beberapa pertengkaran terjadi. Ego ku yang sering memuncah,
membuat debat sengit antara kita pecah. Lucunya, kau akan meledak kemana-mana
kalau aku tak urung mengibar bendera putih. Sesaat aku merasa menang, padahal
sesungguhnya aku kalah. Wajahmu memerah, kali itu bukan karena malu atau
tertawa lepas seperti yang sering kita lakukan bersama saat bersantai, itu
amarah. Tak ingin berdebat lama, lalu aku mengurung diri ke kamar. Menangis sesak
karena ku tahu, kau pasti terluka, semakin menjadi ketika ku sadar itu salahku,
demi mempertahankan egoku. Namun sesering apapun aku membuatmu kesal, membuatmu
marah, kau tak pernah benci aku. Kau tak pernah mendiami aku terlalu lama,
bahkan sehari pun tak pernah. Kau terlalu cinta aku. Aku lihat itu dari sorot
mata indahmu.
Kau cinta
ternyata dalam hidupku. Yang walau ada seribu kali lipat orang lain memberi kebaikan
kepadaku, tetap kau yang terbaik dalam hatiku. Banyak orang menggilai harta,
tapi entah mengapa aku lebih menggilai mu. Kita bertengkar lalu berbaikan. Kita tertawa
bersama, berjalan bersama. Aku cinta kau.
Aku ingat kala
itu hujan deras mengguyur membasahi bumi. Aku yang masih harus berjalan jauh
untuk sampai di rumah sederhana kita terpaksa berteduh. Ku ambil ponsel ku lalu
sesaat kemudian kau menjawab. Tak berapa lama, di bawah guyuran air hujan,
petir yang silih berganti menggema memecah mengalahkan suara derasnya hujan,
dengan langkah cepat ku lihat kau dari jauh membawa payung untukku. Ku tak
sabar menunggu, aku terlalu senang melihatmu. Ku hampiri kau. Pakaian mu basah.
Ahh, mungkin sambaran air tak lagi kau rasa. Hampir mendekati rumah, kau berhenti, menoleh
kebelakang mencari ku. Padahal aku sudah berjalan didepanmu cepat-cepat saking
ketakutan mendengar suara petir. Sesaat hal sekecil itu menyadarkan cinta mu
kepadaku. Tak sampai disitu, sesampainya di rumah kecil kita, ku lihat nasimu belum
habis. Kau pasti sangat khawatir dan melompat panik menjemputku tadi. Kau sadarkan
ku lagi akan cinta mu itu. Banyak, banyak sekali moment mu mengkhawatirkan ku
terjadi. Berulang-ulang. Dan berulang kali kau buat aku jatuh cinta.
Mungkin ini akan
jadi kata cinta lebay. Maka aku sering berkata “aku cinta kau” dengan nada
canda. Aku takut ketahuan, aku serius dan sangat sangat serius mengatakan itu
padamu, dan lalu aku akan menangis haru. Aku lebih sering mengungkapkannya
dengan menuruti perintah dan kehendakmu walau terkadang ku awali dengan
bantahan. Ku tahu kau tetap cinta aku.
Kau,..Anugerah cinta yang Allah beri untukku...cinta yang harus ku syukuri dengan sangat,,, cinta
tertulus di sepanjang hidupku. Aku yakin itu. Walau tak pernah kau ucap, namun
terasa hingga ke sendi-sendiku. Maafkan aku yang tak sesempurna kau dalam
membalas cintamu. Namun, aku tak akan memungkiri cinta sejati sampai ku mati
hanya cinta mu padaku. Terimakasih yang teramat sangat untuk seluruh cinta
kasihmu,… sehat selalu,.. dampingi aku dengan cintamu. Karena cintamu
menguatkanku dikala ku patah, jatuh, kalah, dan berdiri. Kau paling mengerti aku. soulmate sejati ku. Kebahagiaanmu menjadi
cita-cita ku yang tumbuh di setiap hari.
Aku cinta kau…. My everything . My true love. with pure love.
*Note : "kau" dan "mu" >>> IBU :) ^_^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar