Rabu, 25 Maret 2015

(cita-cita) Siap Menjadi Guru?



Menjadi seorang guru itu memiliki kebanggaan tersendiri. Selain karena dapat predikat “Pahlawan Tanpa Tanda Jasa”, guru juga menjadi motivator dan contoh bagi siswa. Menempa siswa menjadi pribadi yang berkarakter dan kreatif dalam berbagai bidang, navigator dalam kebingungan yang dialami siswa.  
Bagi seorang perempuan menjadi seorang guru merupakan salah satu pilihan terbaik. Karena perempuan kelak menjadi seorang ibu rumah tangga yang harus membagi waktu dan dirinya untuk mengurus rumah tangga, suami, dan anak. Namun, banyak juga profesi guru ini digeluti oleh pria. Di Indonesia sendiri sudah tidak heran kalau guru swasta atau honorer mendapatkan penghasilan yang minim bila hanya mengandalkan bekerja di sekolah tanpa usaha sampingan. Bagi pria yang berprofesi sebagai guru tentu harus bekerja ekstra untuk memenuhi kebutuhan rumah tangganya.
Beberapa guru ada yang mengeluhkan begitu banyaknya tugas yang harus dilaksanakan seorang guru. Namun hasil yang diperoleh tak memuaskan. Bila keluhan ini terjadi muncul berbagai jawaban. Ada yang mengatakan “ jadi guru itu ya harus ikhlas”. Ya, memang benar jadi guru harus ikhlas, kalau tidak ikhlas sudah tidak mau memilih jurusan keguruan dulunya waktu masih kuliah. Biarpun mungkin beberapa orang secara “beruntung” memilih keguruan.
Pendidikan di Indonesia sekarang ini masih belum bisa dibandingkan terlalu jauh seperti pendidikan di negeri lain. Ya, lihat saja dari sumber daya manusia dan fasilitas pendukung pendidikannya. Tak heran, kalaupun ada dana untuk peningkatannya paling juga sudah sunat sana-sini. Hal ini sama saja mengajarkan tradisi buruk pada guru dan anak didik yang mengetahui ini secara lumrah.
Padahal mengajar itu sangat menyenangkan. Melihat binar mata siswa yang cemerlang terpancar harapan dan banyak impian luar biasa, membuat guru semangat untuk terus mengajar dan membagikan ilmu. Sesaat ketika mengajar permasalahan hasil kerja tak lagi difikirkan. Itu lah keikhlasan guru yang penuh tulus dalam menciptakan generasi penerus yang kreatif, berpotensi, dan terampil. Sangat disayangkan sekali bila mereka harus mengubur cita-cita mulia karena fasilitas sekolah yang tak memadai, tak ada perhatian lebih dari pemerintah daerah setempat, terutama daerah tertinggal, dan kekurangan tenaga guru. Atau bilapun tenaga guru memadai, tapi menjadi enggan mengajar dikarenakan masalah penghasilan.
Untuk mengatasi hal ini kembali jadi PR pemerintah pusat. Hendaknya lebih perhatian terhadap guru honorer dan swasta. Banyaknya persyaratan yang membebani guru untuk mendapatkan intensif sungguh membuat kerepotan disamping harus menguasai materi setiap masuk, mengajar dan menyusun RPP. Lebih baik jika persyaratan diminimalkan dan dibuat sesederhana mungkin namun menuntut tanggung jawab yang sesuai. Pengawasan terhadap sekolah harus benar-benar berjalan jujur dan terus-menerus. Guru pun akan semakin termotivasi dan semangat dalam menigkatkan potensi karena beban mereka untuk melakukan/mengurus persyaratan tidak menghabiskan waktu banyak. Hal  mengakibatkan siswa juga semakin bersemangat dalam menimba ilmu, mencari pengetahuan dan penemuan baru.
Lalu dengan penjabaran diatas masih mau, siap menjadi guru? Harus ! Harus siap ! karena guru adalah pahlawan perkasa yang apabila siswa menjadi luar biasa dari ilmu yang di ajarkannya, guru tidak akan iri malah bangga, dan bahagia atas pencapaian luar biasa anak didiknya. Guru juga tidak mengharap ketika suatu saat bertemu denganmu masih kau ingat ia, atau memberikan hadiah yang banyak. Betapa mulianya seorang guru. Bagaimanapun keadaan sekitarmu, bersemangatlah dalam mengajar,selain pahala yang terus mengalir akan kau dapatkan hingga wafat kelak, mengajar sama halnya dengan memberi kehidupan bagi orang lain. SEMANGAT !

Tidak ada komentar:

Posting Komentar