Bab I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Mata
pelajaran kimia pada saat ini merupakan salah satu mata pelajaran yang telah di
perkenalkan kepada siswa di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP). Hal ini
merupakan jembatan siswa untuk memperdalam pengetahuan siswa mengenai sains,
yaitu kimia ketika duduk di bangku sekolah berikutnya.
Di
Negara-negara yang mengajarkan IPA sebagai mata pelajaran yang terpisah dikelas
VIII, persentase terbesar siswa yang berada pada tingkat tinggi dalam tingkat
kepercayaan diri dalam belajar IPA terdapat pada mata pelajaran Biologi dan
Ilmu Bumi, dengan persentase masing-masing sebesar 59% dan 56% siswa rata-rata
berada dalam kategori tinggi dalam pelajaran ini. Persentase tersebut lebih
rendah pada mata pelajaran Fisika dan Kimia (masing-masing 40%) (Hayat, 2010:
376).
Di
Indonesia, merupakan hal yang umum jika kebanyakan siswa tidak menyukai mata
pelajaran kimia. Mereka beranggapan bahwa kimia sangat menakutkan. Karena di
dalamnya terdapat sejumlah rumus-rumus kimia, nama senyawa, reaksi-reaksi
kimia, dan sebagainya yang sebelumnya asing bagi mereka. Ditambah lagi rasa
ketakutan akan mata pelajaran kimia itu dikarenakan argument-argumen siswa lain
yang pernah mengalami kesulitan dalam proses belajar kimia.
Materi
pokok asam-basa merupakan salah satu materi yang terdapat pada pelajaran kimia
SMP kelas VII semester I. Materi pokok
ini membahas mengenai sifat-sifat asam-basa, reaksi-reaksi asam-basa, tingkat
keasaman (pH), dan jenis-jenis produk yang mengandung asam dan basa dalam
kehidupan sehari-hari.
Melalui
proses pendidikan suatu bangsa berusaha mencapai kemajuan-kemajuan dalam
berbagai bidang kehidupannya, baik dalam bidang ekonomi, social, politik, ilmu
pengetahuan, teknologi dan dalam bidang kehidupan budaya lainnya. Melalui
proses pendidikan pula, suatu bangsa berusaha untuk mencapai tujuan-tujuan
tertentu yang direncanakan (Hasbullah, 2009: 122).
Pembelajaran
kimia yang selama ini diberikan oleh guru hanya berupa pembelajaran di dalam kelas
dengan menggunakan metode konvensional, yang hanya terfokus pada guru dan kurang
terfokus kepada siswa. Sehingga, kegiatan belajar mengajar lebih menekankan
pengajaran daripada pembelajaran. Pembelajaran kimia idealnya dikemas semenarik
mungkin, Sehingga memotivasi siswa untuk mau mengenal dan mempelajari kimia
lebih dalam guna menghasilkan produk belajar yang berkualitas. Dan pada
akhirnya semua pandangan dan argument tentang sulitnya pelajaran kimia
terhapuskan.
Pendekatan
SETS (Sains, Environment, Technology, and Social) dapat dijadikan alternatif
dalam pembelajaran kimia. Dimana SETS mengembangkan suatu materi pelajaran
kimia dapat dikaitkan bagaimana menggunakan Sains kedalam bentuk Teknologi
dalam memenuhi kebutuhan masyarakat memerlukan pemikiran serta berbagai
implikasinya terhadap lingkungan baik secara fisik maupun mental. Dengan
pendekatan SETS diharapkan dapat membuka wawasan siswa memahami hakikat sains,
lingkungan, teknologi, dan masyarakat, serta bagaimana perkembangan sains dapat
mempengaruhi lingkungan, teknologi, dan masyarakat secara timbal balik.
Berdasarkan
hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Laela Nurfitria dari Universitas
Negeri Semarang dalam skripsinya yang menggunakan pendekatan SETS menunjukkan
hasil bahwa pembelajaran dengan menerapkan pendekatan SETS, dapat meningkatkan
kualitas pembelajaran.
Hasil
penelitian yang dilakukan oleh Asih Purwaningsih, melalui pendekatan SETS dapat
meningkatkan cara berfikir kritis-kreatif siswa dan tercapainya ketuntasan
belajar klasikal 85% serta tugas siswa bernuansa SETS terpenuhi.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ani Rosiyanti dari Unnes dalam
skripsinya menggunakan pendekatan SETS pada materi pokok SPU menunjukkan hasil
belajar siswa yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan SETS lebih baik
daripada hasil belajar siswa yang memperoleh pembelajaran denganpendekatan
NONSETS.
Melalui penelitian yang dilakukan oleh Jelita juga menunjukkan bahwa
pembelajaran berpendekatan SETS juga dapat meningkatkan cara berfikir-kreatif
siswa dan ketuntasan belajar terpenuhi.
Pendekatan
SETS dalam pembahasannya lebih mengutamakan keterkaitan antara topik bahasan
dengan kehidupan sehari-hari siswa (Binadja, 1999a: 3). Hal ini berarti siswa
dapat memahami apa yang siswa ketahui atau alami dalam kehidupan sehari-hari
melalui pendekatan SETS. Secara mendasar dengan pendekatan SETS siswa
diharapkan dapat memiliki pemahaman yang mendalam dengan memandang sesuatu
secara terintegratif dengan memperhatikan keempat unsur SETS.
Pendekatan
SETS tidak bertentangan dengan kurikulum berbasis kompetensi mata pelajaran
kimia. Tujuan pembelajaran kimia menurut kurikulum berbasis kompetensi adalah
menemukan zat-zat kimia yang langsung bermanfaat bagi kesejahteraan umat manusia,
memenuhi keinginan seseorang untuk memahami berbagai peristiwa alam yang
ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, mengetahui hakikat materi serta
perubahannya, menanamkan metode ilmiah, mengembangkan kemampuan dalam
mengajukan gagasan dan memupuk ketekunan serta ketelitian bekerja (Depdiknas,
2003: 2). Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran kimia bertujuan untuk
meningkatkan kesadaran siswa terhadap aplikasi sains dapat bermanfaat dan tidak
merugikan individu, masyarakat, teknologi dan lingkungan serta menyadari
perlunya pengelolaan dan pelestarian lingkungan demi kesejahteraan masyarakat.
Dan siswa dapat terangsang untuk berfikir, dan bersikap ilmiah dalam peristiwa
kehidupan sehari-hari yang relevan dengan materi pelajaran kimia yang
dipelajari.
Alasan
lain penulis melakukan penelitian ini adalah :
1. Materi
Pokok Asam-basa merupakan salah satu materi yang erat hubungannya dengan
kehidupan sehari-hari, sehingga sangat tepat diajarkan dengan pendekatan SETS.
2. Penyampaian
materi melalui pendekatan SETS, dapat membuat siswa mengetahui pengaruh sains
terhadap teknologi, dan dampaknya terhadap masyarakat dan lingkungan.
3. Memacu
siswa lebih berfikir secara kritis dan terintegratif terhadap materi yang
disajikan seperti yang tercakup dalam unsur-unsur SETS.
4. Dengan
pendekatan SETS diharapkan meningkatkan motivasi siswa kepada topic atau materi
yang di bahas karena berkaitan dengan hal-hal nyata yang terjadi dalam
kehidupan sehari-hari.
5. Meminimalis
pandangan siswa bahwa pelajaran kimia sulit untuk dipahami.
Berdasarkan
uraian tersebut, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul :
”Pembelajaran Berpendekatan SETS Materi
Pokok Asam-Basa pada Siswa kelas VII Semester I SMP Negeri 9 Medan Tahun Ajaran
2012/2013”
1.2 Ruang Lingkup
Berdasarkan
latar belakang masalah diatas, maka beberapa masalah dapat diidentifikasi
menjadi :
1. Siswa
mengalami kesulitan dalam memahami konsep-konsep kimia yang bersifat abstrak.
2. Guru
perlu menyampaikan materi dengan menggunakan pendekatan sesuai agar siswa
mengetahui dan memahami bagaimana sains mempengaruhi laju pertumbuhan teknologi
serta dampaknya terhadap masyarakat dan lingkungan secara timbal balik.
1.3 Batasan Masalah
Pada
penelitian ini, peneliti hanya menitik beratkan pada hasil belajar kognitif
siswa pada materi pokok Asam-Basa yang diberi pembelajaran dengan Pendekatan
SETS dan Non-SETS pada siswa kelas VII SMP Negeri 9 Medan tahun Ajaran
2012/2013, mengingat keterbatasan waktu, tenaga serta kemampuan.
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan
uraian di atas, adapun yang menjadi rumusan masalah pada penilitian ini adalah
: Apakah ada perbedaan hasil belajar siswa yang di berikan pembelajaran dengan
pendekatan SETS pada siswa kelas VII semester I SMP negeri 9 Medan tahun Ajaran
2012/2013.
1.5 Tujuan Penelitian
Sesuai
dengan permasalahan diatas, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
perbedaan hasil belajar siswa pada materi pokok Asam-Basa antara siswa yang
diberi pembelajaran dengan pendekatan SETS dan siswa yang mendapatkan
pembelajaran dengan pendekatan Non-SETS pada siswa kelas VII semester I SMP
Negeri 9 Medan Tahun Ajaran 2012/2013.
1.6 Manfaat Penelitian
Manfaat
yang diharapkan dari penelitian ini adalah :
1. Manfaat
bagi siswa
-
Siswa mampu memandang sesuatu, berfikir,
dan bertindak secara keseluruhan dengan memperhatikan keempat unsur SETS.
-
Dengan Model pembelajaran berpendekatan
SETS diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar kimia siswa.
-
Keterampilan (teknologi) dan berupaya
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
2. Manfaat
bagi guru
-
Guru terbiasa membekali siswa dengan
pengetahuan menyeluruh dengan memperhatikan keempat unsur SETS.
-
Hasil
penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai
informasi atau wacana guru untuk meningkatkan hasil belajar kimia siswa dengan
menerapkan pendekatan SETS dan mengembangkan metode pembelajaran kimia dengan
menggunakan pendekatan SETS.
1.7 Defenisi
Operasional
Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia hasil artinya akibat
dari sesuatu yang diadakan, dijadikan oleh usaha atau pikiran. Sedangkan belajar adalah proses mencari ilmu
untuk mengubah diri dengan baik, sesuai dengan tingkat keilmuan yang dicapai
(Asmani, 2009). Sehingga hasil belajar dapat diartikan sebagai sesuatu yang
diperoleh setelah melalui proses pembelajaran.
Ilmu kimia adalah ilmu yang
mempelajari komposisi dan sifat-sifat materi serta perubahan yang didalamnya.
Dan sains adalah suatu metode untuk mempelajari fisik alam semesta. Sains
merupakan cara untuk menyakan dan menjawab pertanyaan (Moore, 2010).
Materi pokok Asam-Basa
adalah materi pokok yang
membahas mengenai sifat-sifat asam-basa, reaksi-reaksi asam-basa, tingkat
keasaman (pH), dan jenis-jenis produk yang mengandung asam dan basa dalam
kehidupan sehari-hari.
Pembelajaran
dengan pendekatan SETS adalah pembelajaran yang memungkinkan siswa utuk memahami
keterkaitan antara sains, pemikiran, lingkungan, dan masyarakat. Bagaimana siswa mengenal fenomena alam yang selanjutnya
dikenal sebagai sains dan mereka ambil manfaatnya untuk memenuhi ambisi
kemanusiaannya dalam bentuk teknologi untuk memperoleh kemudahan atau
kemanfaatan dalam proses kehidupan individu maupun bermasyarakat.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kerangka Teoritis
2.1.1 Pengertian Belajar dan Pembelajaran
Belajar adalah proses perubahan perilaku
berkat pengalaman dan latihan. Artinya, tujuan kegiatan adalah perubahan
tingkah laku, baik yang menyangkut pengetahuan, keterampilan maupun sikap,
bahkan meliputi segenap aspek organisme atau pribadi. Kegiatan belajar mengajar
seperti mengorganisasi pengalaman belajar, mengolah kegiatan belajar mengajar,
menilai proses, dan hasil belajar, kesemuanya termasuk dalam cakupan tanggung
jawab guru. Jadi, hakikat belajar adalah perubahan (Djamarah, 2006).
Dalam
Asmani belajar adalah proses mencari ilmu untuk mengubah diri dengan baik,
sesuai dengan tingkat keilmuan yang dicapai. Proses mencari ilmu tidak dibatasi
oleh sekat apapun bahkan oleh sekolah sekalipun. Proses mencari ilmu bias
dengan cara membaca, mengikuti berbagai diskusi, menulis, dan lain-lain.m maka
dari itu pelajaran harus diambil dari semua tempat supaya mempunyai keluasan
cara berfikir dan wawasan yang mendalam (Asmani, 2009:20).
Menurut
Gagne belajar merupakan kegiatan yang kompleks. Hasil belajar berupa
kapabilitas. Setelah belajar orang memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap,
dan nilai. Timbulnya kapabilitas tersebut adalah dari stimulasi yang berasal
dari lingkungan, dan proses kognitif yang dilakukan oleh pebelajar. Dengan
demikian belajar adalah seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat
stimulasi lingkungan, melewati pengolahan informasi menjadi kapabilitas baru. Menurut
Gagne belajar terdiri dari tiga komponen penting, yaitu kondisi eksternal,
internal, dan hasil belajar (Mudjiono, 2002).
Beberapa
pakar mempunyai pendapat tentang pengertian belajar. James O. Whittaker
merumuskan belajar sebagai proses, dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah
melalui latihan atau pengalaman.
Cronbach
berpendapat : “Learning is shown by
change in behavior as a result of experience (belajar sebagai suatu
aktivitas yang ditunjukkan oleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dari
pengalaman)”. Howard L.Kingskey
berpendapat, “learning is the process by
which behavior (in the broader sense) is originated or changed through practice
or training (belajar adalah proses, dimana tingkah laku [dalam arti luas]
ditimbulkan atau diubah melalui praktik atau latihan)”. Sementara Geoch merumuskan, ”learning
is change is performance as a result of practice (belajar adalah perubahan
penampilan sebagai hasil dari praktik)”
(Djamarah, 2008 : 12-13).
Dalam
Mudjiono pembelajaran merupakan proses yang diselenggarakan oleh guru untuk
membelajarkan siswa dalam belajar bagaimana belajar memperoleh dan memproses
pengetahuan, keterampilan, dan sikap (Mudjiono, 2002).
Dalam
Sadiman (2006), usaha-usaha yang terencana dalam memanipulasi sumber-sumber
belajar agar terjadi proses belajar dalam diri siswa kita sebut pembelajaran
(Sadiman, 2006: 7).
2.1.2 Manfaat Belajar
Manfaat
belajar sanagat besar dalam memajukan peradaban kemanusiaan di dunia ini. Akal,
sebagai anugerah yang di berikan Allah kepada manusia, yang dimanfaatkan dan
dikembangkan dengan cara belajar, dapat digunakan sebagai alat pemacu semua
aspek kehidupan, personal individual dan social humanistik.
Diantara
manfaat belajar adalah :
-
Mendapat
dan memperteguh ilmu pengetahuan
-
Mmenemukan ilmu baru yang orisinal
-
Mengubah sikap dan perilaku
-
Membangun peradaban kemanusiaan yang unggul
-
Menggapai ridha sang pencipta (Asmani,
2009: 21).
2.1.3 Hasil Belajar
Hasil belajar yang dicapai seseorang merupakan
hasil belajar yang diperoleh melalui proses belajar dan dipengaruhi oleh faktor
yang bersifat internal atau eksternal. Perubahan yang terjadi biasanya dapat
dilihat dengan bertambah baiknya atau meningkatnya kemampuan yang dicapai
seseorang. Pengertian hasil belajar, merupakan segala sesuatu yang diperoleh,
dikuasai atau merupakan hasil proses belajar mengajar”. Hasil belajar merupakan
kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajar”.
Sudjana (2005) menyatakan bahwa: Penilaian
hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar yang
dicapai siswa dengan kriteria tertentu. Hal ini mengisyaratkan bahwa objek yang
dinilainya adalah hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa pada hakekatnya
adalah perubahan tingkah laku. Tingkah laku sebagai akhir belajar dalam
pengertian yang luas mencakup bidang kognitif , afektif dan psikomotorik.
Perubahan
tingkah laku melalui pembelajaran yaitu perubahan yang lebih maju, lebih
tinggi, dan lebih baik daripada tingkah laku yang ada sebelum aktivitas
pembelajaran (Asmani, 2009:21).
Para ahli pendidikan telah lama mencoba
merumuskan dan menyusun tingkatan kemampuan hasil pendidikan yang dapat
dijangkau, diukur dan distandarisasi dalam sistem persekolahan. Misalnya Bloom
yang mengajukan konsep tujuan instruksional yang memiliki tiga tujuan/ranah
yaitu tujuan kognitif, tujuan afektif dan tujuan psikomotorik.
2.1.4
Pengertian Tes
Tes adalah alat atau prosedur yang dipergunakan dalam rangka
pengukuran dan penilaian. Cara (yang dapat dipergunakan) atau prosedur (yang
perlu ditempuh) dalam rangka pengukuran dan penilaian di bidang pendidikan,
yang berbentuk pemberian tugas, sehingga diperoleh nilai yang mengembangkan
tingkah laku atau prestasi tes.
Fungsi tes antara lain :
a. Sebagai alat pengukur terhadap peserta didik.
Dalam hubungan ini tes berfungsi mengukur tingkat perkembangan atau kemajuan
yang dicapai oleh peserta didik setelah mereka menempuh proses belajar dalam
jangka waktu tertentu.
b. Sebagai alat pengukur keberhasilan program
pengajaran, sebab melalui tes tersebut akan diketahui sudah seberapa jauh
program pengajaran yang telah ditentukan telah dicapai (Arikunto, 2009)
2.1.5 Pembelajaran Berpendekatan
SETS
Istilah lain yang lebih umum dari
istilah strategi dan model pembelajaran adalah istilah pendekatan (approach).
Pendekatan memang tidak sama dengan strategi ataupun model.
Pendekatan adalah istilah yang tidak
diberikan untuk hal yang bersifat lebih umum; dan strategi adalah penjabaran
dari pendekatan yang digunakan itu. Roy killen (1998), contohnya membedakan
istilah pendekatan dengan strategi. Bagi Killen ada dua pendekatan yang dapat
digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran yaitu pendekatan pembelajaran
yang berorientasi kepada guru dan pendekatan yang berorientasi kepada siswa
atau Teacher-centered approaches dan Student-centered approach (Sanjaya, 2008:
10).
Pada dasarnya
dalam kehidupan manusia, unsur sains, lingkungan, teknologi dan masyarakat itu
saling berkaitan satu sama lain. Hal ini semakin memperoleh pembenaran ketika
masing-masing individu manusia harus hidup bermasyarakat dan sebagai bagian
masyarakat harus berinteraksi dengan alam sebagai habitat hidupnya. Dari sana
kemudian mereka mengenal fenomena alam yang selanjutnya dikenal sebagai sains
dan mereka ambil manfaatnya untuk memenuhi ambisi kemanusiaannya dalam bentuk
teknologi untuk memperoleh kemudahan atau kemanfaatan dalam proses kehidupan
individu maupun bermasyarakat. Oleh karena itu aneh apabila dalam kegiatan
pembelajaran sains di sekolah kita hanya memberi penekanan pada pemahaman
konsep sains yang ingin diperkenalkan tanpa mengkaitkan dengan elemen lain yang
meliputi lingkungan, teknologi, dan masyarakat. Atas dasar itulah pembelajaran
sains di sekolah yang berwawasan SETS (Science, Environment, Technology, and
Society) memberi penekanan penting pada keterkaitan antara elemen-elemen SETS
tersebut seperti terdapat pada gambar 1.
Gambar 2.1 Keterkaitan antar Unsur
SETS
Sumber:
Binadja, 1999c: 5
Pada gambar
tersebut tampak bahwa unsur sains mendapat perhatian utama. Namun tidak menutup
kemungkinan lingkungan, teknologi maupun masyarakat yang mendapat perhatian
utama. Dengan meletakkan sains sebagai fokus perhatian, seperti yang biasa
dilakukan dalam kegiatan pengajaran sains, maka guru sains serta para siswa
yang menghadapi pelajaran sains dapat dibawa melihat bentuk keterkaitan
sebenarnya dari ilmu yang dipelajarinya (sains) dikaitkan unsur lain dalam
SETS. Oleh karena itu dalam pengajaran sains seharusnya guru dan siswa dapat
mengambil berbagai contoh serta fakta yang ada atau kemungkinan fakta yang
dapat dikaitkan secara terpadu dalam pengenalan atau pembelajaran konsep sains
yang dihadapi sesuai dengan tujuan pengajaran dan pada saat memungkinkan siswa
mengembangkan diri berdasarkan pengetahuan yang dipelajari tersebut.
Menurut
Binadja (1999c: 7), dalam pendidikan SETS, tentunya pendekatan yang paling
sesuai adalah pendekatan SETS itu sendiri.
Ciri
atau karakteristik pendekatan SETS menurut Binadja (1999c: 7) antara lain:
1. Tetap memberi pengajaran
sains.
2. Murid dibawa ke situasi untuk
memanfaatkan konsep sains ke bentuk teknologi untuk kepentingan masyarakat.
3. Murid diminta untuk berpikir
tentang berbagai kemungkinan akibat yang terjadi dalam proses pentransferan
sains tersebut ke bentuk teknologi.
4. Murid diminta untuk
menjelaskan keterkaitan antara unsur sains yang dibincangkan dengan unsur-unsur
lain dalam SETS yang mempengaruhi berbagai keterkaitan antar unsur tersebut.
5. Murid dibawa untuk
mempertimbangkan manfaat atau kerugian menggunakan konsep sains tersebut bila
diubah dalam bentuk teknologi berkenaan.
6. Dalam konteks konstruktivisme,
murid dapat diajak berbincang tentang SETS dari berbagai macam arah dan dari
berbagai macam titik awal tergantung pengetahuan dasar yang dimiliki oleh siswa
bersangkutan.
Pendekatan
SETS dalam pembahasannya lebih mengutamakan keterkaitan antara topik bahasan
dengan kehidupan sehari-hari siswa (Binadja, 1999a: 3). Ini berarti bahwa
bahasan yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari siswa lebih diutamakan. Di
samping itu masalah-masalah atau hal-hal yang sedang beredar di masyarakat
perlu dibicarakan di kelas sebagai pembuka mata agar siswa tahu bahwa
masyarakat di sekitar mereka sedang memiliki berbagai masalah yang perlu segera
diatasi.
Secara
mendasar dapat dikatakan bahwa melalui pendekatan SETS ini diharapkan agar
peserta didik akan memiliki kemampuan memandang sesuatu secara terintegratif
dengan memperhatikan keempat unsur SETS, sehingga diperoleh pemahaman yang
lebih mendalam tentang pengetahuan yang dimilikinya. Sebagai konsekuensinya,
diharapkan agar pengetahuan yang dipahaminya secara mendalam itu, akan
memungkinkan mereka memanfaatkan pengetahuan yang dimiliki dalam kehidupan dan
untuk kehidupan setara dengan tingkat pendidikan yang diperolehnya. Selain itu
SETS akan membimbing peserta didik agar berpikir secara global/keseluruhan dan
bertindak memecahkan masalah lokal lingkungan, baik lingkungan lokal maupun
hubungan lingkungan dengan segala sesuatu yang berkaitan dengan masyarakat dan
berperan serta dalam pemecahan masalah internasional sesuai kapasitasnya
(Binadja, 1999a: 1-2).
Fokus
pengajaran SETS haruslah mengenai bagaimana cara membuat peserta didik agar
dapat melakukan penyelidikan untuk mendapatkan pengetahuan yang berkaitan
dengan sains, lingkungan, teknologi dan masyarakat yang saling berkaitan (Binadja, 1999a: 4). Meminta
peserta didik melakukan penyelidikan berarti memberi kesempatan kepada peserta
didik untuk mengembangkan lebih jauh pengetahuan yang telah mereka peroleh agar
mereka dapat menyelesaikan masalah-masalah yang diperkirakan akan timbul di
sekitar kehidupannya.
Dalam
pembelajaran bervisi SETS diperlukan pemikiran yang kritis untuk belajar setiap
elemen SETS dengan memperhatikan berbagai keterkaitan antara unsur-unsur SETS
(Binadja, 1999b: 1). Metode pembelajaran yang berwawasasn SETS yang perlu
selalu dilakukan adalah sebagai berikut:
1. lebih menekankan agar peserta
didik memperoleh kegiatan pembelajaran dan bukan pengajaran.
2. memperoleh dorongan dan
menerima inisiatif serta otonomi.
3. memperhatikan siswa sebagai
makhluk hidup yang memiliki keinginan dan tujuan.
4. menitik beratkan pengalaman
siswa dalam proses pembelajaran.
5. memperoleh bimbingan untuk
mengembangkan rasa ingin tahu terhadap alam dan segala hal.
6. menekankan pentingnya kinerja
dan pemahaman ketika mulai proses pembelajaran.
7. mendorong perserta didik untuk
melibatkan diri dalam perbincangan dengan guru dan sesama pelajar secara
bersama (Binadja, 1999c: 7).
Telaah fakta-fakta social atau
pengalaman social merupakan dasar pengembangan kemampuan berfikir, artinya
pengembangan gagasan dan ide-ide didasarkan kepada pengalaman social anak dalam
kehidupan sehari-hari dan atau berdasarkan kemampuan anak untuk mendeskripsikan
hasil pengamatan mereka terhadap berbagai fakta dan data yang mereka peroleh
dalam kehidupan sehari-hari (Sanjaya, 2008: 128).
Berfikir kritis adalah berfikir
secara beralasan dan reflektif dengan menekankan pembuatan keputusan tentang
apa yang harus dipercayai atau dilakukan (Hassoubah, 2004: 87).
Berfikir kritis menjadi alat filter
dan seleksi hal-hal negative. Sebagai seorang pelajar yang menjadi calon
cendikiawan, seleksi dalam membaca buku dan menerima ilmu pengetahuan dari manapun
adalah sebuah keniscayaan, tidak asal diambil dan diyakini kebenarannya. Banyak
ilmu sekarang ini yang membahayakan masa depan peradaban manusia. Maka,
selektif, ambil, dan kembangkan sisi baiknya (Asmani, 2009: 45). Penerapan
berfikir kritis, dapat menjauhkan seseorang dari keputusan yang keliru, tidak
bermoral, dan tergesa-gesa (Hassoubah, 2004: 86).
2.1.6. Tinjauan Materi Pokok Asam-Basa
1.
Pengertian Asam
Asam
adalah senyawa yang mengandung Hidrogen dan yang larut dalam air untuk
menghasilkan ion H (H+). Ion adalah partikel yang mempunyai muatan
listrik. Ion H memberikan sifat khusus kepada asam, tetapi hanya ada dalam
larutan, maka asam hanya menunjukkan sifatnya ketika larut (Smith, 2006: 34).
Sifat-sifat
asam antara lain :
-
Berasa masam/kecut jika dikecap
-
Terasa sangat pedih bila
terkena kulit
-
Bereaksi dengan logam-logam
tertentu (Magnesium, Zink, dan Besi) menghasilkan gas hydrogen
-
Bereaksi dengan batu kapur
dan soda kue menghasilkan karbon dioksida (Moore,
2009: 194)
-
Memiliki pH kurang dari 7 (pH < 7)
-
Bersifat
korosif, artinya dapat menyebabkan karat pada logam.
-
Lakmus biru -> berubah menjadi warna merah
-
Lakmus
merah -> tetap berwarna merah
Contoh Asam :
Nama
Senyawa
|
Rumus
Kimia
|
Cuka
(Asam Asetat)
Air
terkarbonasi ( Asam Karbonat)
Obat
tetes mata (Asam Borat)
Aspirin
( Asam Asetilsalisilat)
|
CH3COOH
H2CO3
H3BO3
C16H12O6
|
Table
2.1 Contoh Senyawa Asam (Moore, 2009: 194)
2.
Pengertian Basa
Menurut Arrhenius, basa adalah senyawa yang dalam air dapat
menghasilkan ion hidroksida (OH-). Jadi pembawa sifat basa adalah
ion OH- (Michael, 2010: 27)
Basa
merupakan kebalikan dari asam. Basa yang dapat larut dalam air disebut alkali.
Ketika dicampurkan dengan asam, basa menetralkan (menghilangkan) sifat-sifat
asamnya dan reaksinya menghasilkan garam ditambah air (Smith, 2006: 35).
Sifat-sifat
Basa antara lain :
-
Berasa
pahit
-
Terasa
licin dikulit
-
Bereaksi
dengan minyak dan lemak
-
Bereaksi
dengan asam menghasilkan garam dan air (Moore, 2009: 194)
-
Memiliki pH di atas 7 (pH > 7)
-
Jika diuji menggunakan kertas lakmus akan memberikan hasil
sebagai berikut
·
Lakmus merah -> berubah warnanya menjadi biru.
·
Lakmus biru -> tetap berwarna biru
-
Menetralkan sifat asam.
Contoh Basa :
Nama
Senyawa
|
Rumus
Kimia
|
Pembersih
(Amonia)
Soda
Kue ( Natrium Bikarbonat)
|
NH3
NHCO3
|
Table
2.2 Contoh senyawa Basa
(Moore, 2009: 194)
3.
Garam
Garam ialah zat senyawa
yang telah disusun oleh ion positif (anion) basa dan ion negatif (kation) asam.
Jika asam dan basa tepat habis bereaksi maka reaksinya disebut reaksi
penetralan (reaksi netralisasi).
Berikut ini adalah karakteristik dari garam.
1.
Memiliki titik lebur
yang tinggi.
2.
Merupakan senyawa ionik
dengan ikatan kuat.
3.
Dalam bentuk leburan
atau larutan dapat menghantarkan listrik.
4.
Sifat
larutannya dapat berupa asam, basa, atau netral. Sifat ini tergantung dari
jenis asam/basa kuat pembentuknya.
Asam
dan Basa saling menetralkan membentuk senyawa yang disebut garam.
Asam + Basa Garam +
Air
Contohnya,
yaitu reaksi antara HCl dengan NaOH yang menghasilkan NaCl (garam dapur).
HCl(aq) +
NaOH(aq) NaCl(aq)
+ H2O(l)
Reaksi penetralan diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari atau industry untuk berbagai keperluan (Michael, 2010:
28).
Contoh:
Reaksi kimia lain yang dapat menghasilkan garam adalah:
1.
Asam
+
Basa
menghasilkan garam + air
2.
Basa
+
Oksida asam menghasilkan garam + air
3.
Asam
+ Oksida basa
menghasilkan garam + air
4.
Oksida
asam + Oksida basa menghasilkan
garam
5.
Logam
+ Asam
menghasilkan
garam menghasilkan garam + H2
4. Indikator,
Skala Keasaman dan Kebasaan
Indikator
adalah senyawa kompleks yang bisa bereaksi dengan asam dan basa. Indikator
digunakan untuk mengidentifikasi apakah suatu zat bersifat asam atau basa.
Selain itu, indikator juga digunakan untuk mengetahui titik tingkat kekuatan
asam atau basa. Skala keasaman dan kebasaan ditunjukkan oleh besar-kecilnya
nilai pH yang skalanya dari 0 sampai dengan 14. Semakin kecil nilai pH maka
senyawa tersebut semakin asam. Sebaliknya, semakin besar nilai pH maka senyawa
tersebut semakin bersifat basa.
Indikator dapat
terbuat dari zat warna alami tanaman atau dibuat secara sintetis di
laboratorium. Syarat dapat atau tidaknya suatu zat dijadikan indikator
asam-basa adalah bisa terjadi perubahan warna apabila suatu indikator
diteteskan pada larutan asam atau basa.
Indikator dapat menunujukkan apakah
sesuatu adalah asam atau alkali (basa). Suatu indicator adalah suatu zat yang
berubah warna ketika dimasukkan kedalam asam atau basa. Sedangkan pH merupakan
singkatan dari “power of hydrogen” atau kekuatan Hidrogen dan merupakan ukuran
konsentrasi ion Hidrogen dalam suatu larutan (Smith, 2006: 36).
Ragam Indikator antara lain :
a.
Indikator alami (terbuat dari zat warna alami tumbuhah)
Indikator alami
hanya bisa menunjukkan apakah zat tersebut bersifat asam atau basa, tetapi
tidak dapat menunjukan nilai pH-nya. Contohnya : Ekstrak bunga mawar, ekstrak
kembang sepatu, ekstrak kunyit, ekstrak temulawak, ekstrak wortel, ekstrak kol
(kubis) merah, dan tanaman Hydrangea.
Gambar 2.2 Indikator alami
Kembang sepatu Hydrangea
b.
Indikator sintetis
Indikator sintesis yang umum ini digunakan di
laboratorium adalah:
·
Kertas lakmus.
Indikator lakmus tidak dapat menunjukkan nilai pH, tetapi hanya
mengidentlfikasikan apakah suatu zat bersifat basa atau asam. Jika lakmus
berwarna merah berarti zat bersifat asam dan jika lakmus berwarna biru berarti
lakmus bersifat basa.
Gambar 2.3 kertas lakmus
Indikator sintesis, yang memiliki kisaran nilai pH
adalah:
Tabel 2.3 Indikator sintesis
Nama Indikator
|
Trayek pH
|
Perubahan warna
|
1.
fenolftalein (pp)
2.
Metil orange(Mo)
3.
Metil merah (Mm)
4.
Bromtimol biru (Bb)
5.
Metil biru (Mb)
|
8,3-10
3,2-4,4
4,8-6,0
6,0-7,6
10,6-13,4
|
tak berwarna-merah muda
Merah-kuning
Merah-kuning
Kuning-biru
Biru-ungu
|
c.
Indikator Universal
Indikator Universal yakni indikator yang punya warna
standar yang berbeda untuk setiap nilai pH 1 - 14. Fungsi indikator universal
adalah untuk memeriksa derajat keasaman (pH) suatu zat secara akurat. Mat yang
termasuk indikator universal adalah pH meter yang menghasilkan data pembacaan
indikator secara digital.
Gambar 2.4 Indikator Universal
2.1.7 Tinjauan Pembelajaran dengan Pendekatan
SETS pada Materi Pokok Asam-Basa
Titik berat pembelajaran sains
berwawasan SETS adalah mengkaitkan antara konsep sains yang dipelajari dengan
keberadaan serta implikasi konsep tersebut pada lingkungan, teknologi, dan
masyarakat dalam konteks SETS (Binadja, 2001: 6). Demikian halnya pembelajaran
pada materi pokok Asam-Basa dengan pendekatan SETS. Guru sedapat mungkin membawa siswa ke arah
pemikiran yang menyeluruh (integral) dengan mengkaitkan antara materi Asam-Basa yang dipelajari
dengan keberadaan serta implikasi materi tersebut dengan lingkungan, teknologi
dan masyarakat.
Penggunaan metode-metode
pembelajaran disesuaikan sedemikian rupa sehingga memenuhi kompetensi yang
ditetapkan dalam kurikulum dan selaras dengan pendekatan SETS yang
dikembangkan. Kegiatan pembelajaran dengan pendekatan SETS pada materi pokok Asam-Basa dilakukan dengan
metode diskusi informasi yang berwawasan SETS, tanya jawab, tugas dan ceramah
bermakna. Perpaduan antara berbagai metode pembelajaran akan lebih
mengoptimalkan hasil yang dicapai karena dengan demikian kelemahan dari metode
yang satu dapat ditutupi oleh keunggulan dari metode yang lain.
Pada proses pembelajaran, guru dapat
mengangkat isu yang berkembang di masyarakat mengenai sistem Asam-Basa, kemudian
mencoba mengkaitkan ke bentuk teknologi dan dampaknya terhadap lingkungan dan
masyarakat serta cara pemecahannya dan tindakan positif apa yang dapat
dilakukan menanggapi isu tersebut. Siswa akan dituntut berpikir aktif dan
kreatif. Pemikiran yang kreatif mendorong siswa menguasai pengetahuan, manfaat
dan efek sampingnya. Dengan demikian proses pembelajaran akan menjadi lebih
menarik sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Penggabungan bahan-bahan pembelajaran berwawasan SETS
mengikuti dasar pemikiran untuk sedapat mungkin membawa pemikiran siswa ke
penerapan konsep sains ke bentuk teknologi yang bermanfaat bagi masyarakat
tanpa harus merusak lingkungan (Binadja, 2001: 6). Sumber belajar pada
pembelajaran materi pokok Asam-Basa tidak hanya berasal dari guru tetapi juga berasal dari lingkungan dan
masyarakat, misalnya dari media massa, media elektronik, buku-buku pengetahuan
umum serta lingkungan sekitar. Hal ini diperlukan mengingat teknologi informasi
berkembang sedemikian cepat dalam menyajikan berbagai macam informasi terkini
yang perlu selalu diikuti perkembangannya baik oleh guru maupun siswa.
Contoh nyata
pembelajaran dengan metode SETS adalah guru mengajak siswa memahami pentingnya ilmu
pengetahuan terhadap lingkungan, teknologi dan masyarakat sebagai satu kesatuan
yang terintegrasi. Hal ini digunakan sebagai apersepsi dan motivasi siswa dalam
mempelajari materi Asam-Basa. Materi pembelajaran pada pertemuan ini adalah Asam-Basa (sifat-sifat Asam-Basa,
kegunaannya,dan indicator) . Sumber informasi berwawasan SETS pada pertemuan ini
adalah artikel-artikel mengenai senyawa-senyawa asam-basa. Setelah belajar Asam-Basa
siswa menganalisis manfaat Asam-Basa tersebut dalam bentuk teknologi dan
dampaknya bagi masyarakat dan lingkungan. Misalnya mengenai senyawa Basa
(deterjen). Deterjen digunakan sebagai bahan untuk mencuci pakaian, namun busa
banyak yang dihasilkan deterjen dapat membahayakan lingkungan dan masyarakat,
oleh karena itu detejen dapat dikendalikan dengan menambahkan inhibitor garam alkali seperti kapur dan soda. Buih
yang terbentuk akan dapat dihilangkan dengan proses skimming (penyendokan buih)
atau flotasi, sehingga
deterjen tidak membahayakan lingkungan dan masyarakat (http://smk3ae.wordpress.com/2008/07/15/metode-pengolahan-detergen/).
Pertemuan
ini diakhiri dengan tugas mencari artikel tentang suatu senyawa Asam-Basa dan menganalisisnya
seperti halnya pada saat proses pembelajaran. Dalam hal teknologi guru dapat
mengajak siswa untuk melihat software Asam-Basa yang menandakan perkembangan
teknologi informasi dalam bidang kimia yang memudahkan peserta didik dalam
mempelajari ilmu kimia khususnya dalam materi Asam-Basa.
Jadi materi pokok Asam-Basa dapat diajarkan
secara menarik dan dilakukan pendekatan secara analogi pada kehidupan sehari –
hari siswa. Sehingga pada pelajaran ini siswa tidak dibebani pembelajaran
dengan metode ceramah sehingga materi yang diajarkan dapat dipahami dan diingat
oleh siswa dengan baik karena materi ini merupakan materi dasar yang harus
dikuasai oleh siswa untuk dapat mempelajari materi selanjutnya.
2.2. Kerangka Berpikir
Pendekatan pembelajaran merupakan
salah satu faktor yang dapat menentukan hasil belajar siswa. Pendekatan
pembelajaran adalah salah satu komponen dalam pembelajaran yang mempunyai arti
kegiatan-kegiatan guru selama proses pembelajaraan berlangsung sehingga
tujuannya tercapai. Semakin tepat memilih pendekatan pembelajaran diharapkan
semakin efektif dalam mencapai tujuan serta mencapai hasil belajar yang baik
pula. Oleh karena itu penting bagi guru untuk memilih pendekatan pembelajaran
yang sesuai dengan materi yang diajarkannya sehingga akan lebih mempermudah
siswa dalam menerima pelajaran yang diberikan oleh guru.
Pendekataan SETS merupakan
pendekatan pembelajaran yang dalam pelaksanaannya selalu mengkaitkan antara
sains yang sedang dipelajari dengan unsur lain dalam SETS yaitu lingkungan
teknologi dan masyarakat. Melalui pendekatan ini diharapkan siswa mempunyai
kemampuan memandang sesuatu secara terintegratif dengan memperhatikan keempat
unsur SETS sehingga dapat memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang
materi yang sedang dipelajari.
Pendekatan konvensional merupakan
pembelajaran yang tidak mengintegrasikan sains yang dipelajari dengan
lingkungan, teknologi, dan masyarakat sebagai satu kesatuan. Melalui pembelajaran ini
diharapkan siswa dapat memahami materi pelajaran yang dipelajari namun tidak
mengkaitkan antara sains dengan unsur lain dalam SETS.
Tabel
2.4 Perbedaan
Pendekatan SETS dengan Pembelajaran
Konvensional
No
|
Pembelajaran Konvensional
|
Pendekatan SETS
|
1.
2.
3.
4.
|
Pembahasan materi sains
murni
Sumber belajar
terbatas pada buku-buku pelajaran yang
tidak mengandung muatan SETS
Guru memberikan materi pelajaran sesuai
dengan yang terdapat dalam kurikulum yang berlaku
Sebagian besar
aktivitas siswa menerima informasi dari guru (siswa pasif)
|
Pembahasan
materi mengkaitkan antara sains murni dengan teknologi, masyarakat dan lingkungan
Sumber belajar
berupa bahan ajar buku-buku pelajaran yang berwawasan SETS ditunjang sumber
belajar lain seperti media cetak, media elektronik dan kejadian di lingkungan
yang relevan dengan materi pelajaran
Guru
mengembangkan materi pelajaran
sesuai dengan yang terdapat
dalam kurikulum yang berlaku sesuai
dengan konsep SETS
Selain menerima
informasi dari guru, siswa juga
mencari informasi sendiri dari sumber lain (siswa aktif)
|
Sumber : Binadja, Achmad. 1999. Cakupan Pendidikan
SETS untuk Bidang Sains dan Non Sains. Disajikan pada Seminar Lokakarya di Semarang.
Penulis beranggapan bahwa materi Asam-Basa lebih tepat
apabila diberikan dengan pendekatan SETS daripada pembelajaran konvensional
karena materi tersebut sangat terkait dengan unsur-unsur lain dalam SETS.
Melalui penerapan pendekatan SETS, siswa diajak untuk mencari informasi sendiri
dengan memanfaatkan lingkungan sekitar serta media elektronik yang ada, tidak
hanya sekedar mendengar, melihat, dan mengingat tetapi harus memahami dan
berpikir secara terintegratif dengan memperhatikan keempat unsur SETS.
Berdasarkan kerangka berpikir tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian ini.
2.3. Hipotesis Penelitian
2.3.1. Hipotesis Verbal
1. Hipotesis nol (Ho)
Tidak
ada perbedaan yang signifikan pada
hasil belajar kimia dengan pendekatan SETS pada materi
pokok Asam-Basa pada siswa kelas VII semester 1 SMP Negeri 9 Medan tahun ajaran 2012/2013.
2. Hipotesis alternatif (Ha)
Ada
perbedaan yang signifikan pada hasil belajar kimia dengan pendekatan
SETS pada materi pokok Asam-Basa pada siswa kelas VII semester 1 SMP Negeri 9 Medan tahun ajaran 2012/2013.
2.3.2.
Hipotesis Statistik
Ho :
µ 1 =
µ 2
Ha :
µ 1 ≠ µ 2
METODE PENELITIAN
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian yaitu di SMP Negeri 9 Medan Jl. T.B Simatupang
No.118. Waktu penelitian
diadakan pada semester I, pada bulan September-November 2012.
3.2. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 9 Medan yang berjumlah 208 orang yang
terdistribusi pada 5 kelas. Kelas VII-5
merupakan kelas unggulan, dan selebihnya kelas reguler. Sedangkan yang menjadi
sampelnya yaitu kelas VII-3 sebagai kelas perlakuan dengan jumlah siswa 41
orang dan kelas VII-4 sebagai kelas kontrol dengan jumlah siswa 40 orang. Teknik pengambilan sampel
yaitu pengambilan sampel secara acak atau random sampling yaitu setiap anggota
kelompok populasi berhak menjadi sampel penelitian, dimana sampel diambil
dengan cara pengundian.
3.3. Variabel Penelitian
Adapun
yang menjadi variabel dalam penelitian ini adalah:
1. Variabel
bebas adalah Pembelajaran berpendekatan SETS (Sains, Environment, Technology,
and Societ)
2.
Variabel terikat adalah hasil belajar
siswa setelah diberikan perlakuan.
3.4
Instrumen Penelitian
Instrumen/Alat pengumpul
data pada penelitian ini adalah tes hasil belajar ranah kognitif atau tes
objektif yang berbentuk pilihan berganda yang terdiri dari lima pilihan jawaban
dengan jumlah soal 20 butir. Soal yang dijawab benar diberi skor 1 dan jika salah 0, dimana nilai akhir (NA) dapat dihitung sebagai berikut :
NA=
Sebelum digunakan untuk mengumpulkan data, seperangkat tes tersebut
harus diuji coba kelayakannya di luar sampel, meliputi uji validitas, uji
reliabilitas, tingkat kesukaran tes dan daya beda soal.
- Validitas Tes
Rumus untuk menghitung validitas butir soal (validitas item) adalah:
Rxy=
(Arikunto,
2009)
Dimana: rxy = koefisien korelasi item
X = skor item
Y = skor total item
N = banyaknya item
Untuk menafsir keberartian harga validitas tiap soal maka harga
tersebut dikonsultasikan dengan harga kritik r product moment dengan a = 0.05 jika rhitung > rtabel maka korelasi valid.
- Reliabilitas Tes
Untuk menghitung reliabilitas tes digunakan rumus K-R
(Kuder-Richardson) 20 yakni sebagai berikut:
r11=
(Arikunto,
2009)
dimana: r11 = reliabilitas
tes secara keseluruhan
n = banyaknya
item tes
St = standar
deviasi skor total tiap subjek
P = proporsi
siswa yang menjawab benar
Q = proporsi
siswa yang menjawab salah
Untuk menafsirkan harga-harga reliabilitas dari soal-soal
maka harga tersebut dikonfirmasikan ke tabel harga kritik r tabel product
moment dengan a = 0,05. jika rhitung> rtabel
maka soal reliabel.
- Tingkat Kesukaran Soal
I =
(Sudjana, 2009)
Dimana: I = tingkat
kesukaran
B = banyaknya siswa
yang menjawab soal dengan benar
N = jumlah
keseluruhan tes
Kriteria tingkat kesukaran soal sebagai berikut:
0
- 0,30 = soal sukar
0,31 - 0,70 = soal sedang
0,71 – 1,00 = soal mudah
- Daya Beda Soal
Rumus untuk menentukan daya beda soal adalah:
D=
(Arikunto, 2009)
Dimana: J = jumlah peserta tes
JA = banyaknya
peserta kelompok atas
JB = banyaknya
peserta kelompok bawah
BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab
soal dengan benar
BB = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab
soal dengan benar
Dengan kriteria:
D:0,00-0,20 = jelek
D:0,21-0,40 = cukup
D:0,41-0,70 = baik
D:0,71-1,00 = baik sekali (Arikunto, 2009)
Dalam menentukan skor dalam tes bentuk pilihan berganda pada penelitian
ini, peneliti menggunakan teknik penskoran tanpa hukuman, yaitu dengan rumus:
S = R
Keterangan:
S
= skor yang diperoleh siswa
R
= jumlah yang benar
3.5 Desain Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian
ini adalah jenis penelitian eksperimen. Dalam pelaksanaan penelitian melibatkan
dua perlakuan yang berbeda antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pemberian
perlakuan dalam kelas eksperimen adalah pengajaran dengan menggunakan Pembelajran berpendekatan SETS (Sains, Environment, Technology, and Societ) sedangkan kelas kontrol adalah Pembelajaran Konvensional. Adapun desain penelitiannya adalah sebagai
berikut :
Tabel 3.1. Desain Penelitian
Sampel
|
Pre-test
|
Perlakuan
|
Post-test
|
Kelas Eksperimen
|
T1
|
X2
|
T2
|
Kelas kontrol
|
T1
|
X1
|
T2
|
Keterangan:
T1 : Pre-test
T2 : Post-test
X1 :
Pembelajaran Konvensional
X2 : Pembelajaran
dengan Pendekatan SETS