Rabu, 21 Maret 2012

(Proposal Skripsi Ku)"Pembelajaran Berpendekatan SETS Materi Pokok Asam-Basa pada Siswa kelas VII Semester I SMP Negeri 9 Medan Tahun Ajaran 2012/2013


Bab I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang Masalah
Mata pelajaran kimia pada saat ini merupakan salah satu mata pelajaran yang telah di perkenalkan kepada siswa di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP). Hal ini merupakan jembatan siswa untuk memperdalam pengetahuan siswa mengenai sains, yaitu kimia ketika duduk di bangku sekolah berikutnya.
Di Negara-negara yang mengajarkan IPA sebagai mata pelajaran yang terpisah dikelas VIII, persentase terbesar siswa yang berada pada tingkat tinggi dalam tingkat kepercayaan diri dalam belajar IPA terdapat pada mata pelajaran Biologi dan Ilmu Bumi, dengan persentase masing-masing sebesar 59% dan 56% siswa rata-rata berada dalam kategori tinggi dalam pelajaran ini. Persentase tersebut lebih rendah pada mata pelajaran Fisika dan Kimia (masing-masing 40%) (Hayat, 2010: 376).
Di Indonesia, merupakan hal yang umum jika kebanyakan siswa tidak menyukai mata pelajaran kimia. Mereka beranggapan bahwa kimia sangat menakutkan. Karena di dalamnya terdapat sejumlah rumus-rumus kimia, nama senyawa, reaksi-reaksi kimia, dan sebagainya yang sebelumnya asing bagi mereka. Ditambah lagi rasa ketakutan akan mata pelajaran kimia itu dikarenakan argument-argumen siswa lain yang pernah mengalami kesulitan dalam proses belajar kimia.
Materi pokok asam-basa merupakan salah satu materi yang terdapat pada pelajaran kimia SMP kelas VII semester I.  Materi pokok ini membahas mengenai sifat-sifat asam-basa, reaksi-reaksi asam-basa, tingkat keasaman (pH), dan jenis-jenis produk yang mengandung asam dan basa dalam kehidupan sehari-hari.
Melalui proses pendidikan suatu bangsa berusaha mencapai kemajuan-kemajuan dalam berbagai bidang kehidupannya, baik dalam bidang ekonomi, social, politik, ilmu pengetahuan, teknologi dan dalam bidang kehidupan budaya lainnya. Melalui proses pendidikan pula, suatu bangsa berusaha untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu yang direncanakan (Hasbullah, 2009: 122).
Pembelajaran kimia yang selama ini diberikan oleh guru hanya berupa pembelajaran di dalam kelas dengan menggunakan metode konvensional, yang hanya terfokus pada guru dan kurang terfokus kepada siswa. Sehingga, kegiatan belajar mengajar lebih menekankan pengajaran daripada pembelajaran. Pembelajaran kimia idealnya dikemas semenarik mungkin, Sehingga memotivasi siswa untuk mau mengenal dan mempelajari kimia lebih dalam guna menghasilkan produk belajar yang berkualitas. Dan pada akhirnya semua pandangan dan argument tentang sulitnya pelajaran kimia terhapuskan.
Pendekatan SETS (Sains, Environment, Technology, and Social) dapat dijadikan alternatif dalam pembelajaran kimia. Dimana SETS mengembangkan suatu materi pelajaran kimia dapat dikaitkan bagaimana menggunakan Sains kedalam bentuk Teknologi dalam memenuhi kebutuhan masyarakat memerlukan pemikiran serta berbagai implikasinya terhadap lingkungan baik secara fisik maupun mental. Dengan pendekatan SETS diharapkan dapat membuka wawasan siswa memahami hakikat sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat, serta bagaimana perkembangan sains dapat mempengaruhi lingkungan, teknologi, dan masyarakat secara timbal balik.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Laela Nurfitria dari Universitas Negeri Semarang dalam skripsinya yang menggunakan pendekatan SETS menunjukkan hasil bahwa pembelajaran dengan menerapkan pendekatan SETS, dapat meningkatkan kualitas pembelajaran.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Asih Purwaningsih, melalui pendekatan SETS dapat meningkatkan cara berfikir kritis-kreatif siswa dan tercapainya ketuntasan belajar klasikal 85% serta tugas siswa bernuansa SETS terpenuhi.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ani Rosiyanti dari Unnes dalam skripsinya menggunakan pendekatan SETS pada materi pokok SPU menunjukkan hasil belajar siswa yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan SETS lebih baik daripada hasil belajar siswa yang memperoleh pembelajaran denganpendekatan NONSETS.
Melalui penelitian yang dilakukan oleh Jelita juga menunjukkan bahwa pembelajaran berpendekatan SETS juga dapat meningkatkan cara berfikir-kreatif siswa dan ketuntasan belajar terpenuhi.
Pendekatan SETS dalam pembahasannya lebih mengutamakan keterkaitan antara topik bahasan dengan kehidupan sehari-hari siswa (Binadja, 1999a: 3). Hal ini berarti siswa dapat memahami apa yang siswa ketahui atau alami dalam kehidupan sehari-hari melalui pendekatan SETS. Secara mendasar dengan pendekatan SETS siswa diharapkan dapat memiliki pemahaman yang mendalam dengan memandang sesuatu secara terintegratif dengan memperhatikan keempat unsur SETS.
Pendekatan SETS tidak bertentangan dengan kurikulum berbasis kompetensi mata pelajaran kimia. Tujuan pembelajaran kimia menurut kurikulum berbasis kompetensi adalah menemukan zat-zat kimia yang langsung bermanfaat bagi kesejahteraan umat manusia, memenuhi keinginan seseorang untuk memahami berbagai peristiwa alam yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, mengetahui hakikat materi serta perubahannya, menanamkan metode ilmiah, mengembangkan kemampuan dalam mengajukan gagasan dan memupuk ketekunan serta ketelitian bekerja (Depdiknas, 2003: 2). Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran kimia bertujuan untuk meningkatkan kesadaran siswa terhadap aplikasi sains dapat bermanfaat dan tidak merugikan individu, masyarakat, teknologi dan lingkungan serta menyadari perlunya pengelolaan dan pelestarian lingkungan demi kesejahteraan masyarakat. Dan siswa dapat terangsang untuk berfikir, dan bersikap ilmiah dalam peristiwa kehidupan sehari-hari yang relevan dengan materi pelajaran kimia yang dipelajari.
Alasan lain penulis melakukan penelitian ini adalah :
1.      Materi Pokok Asam-basa merupakan salah satu materi yang erat hubungannya dengan kehidupan sehari-hari, sehingga sangat tepat diajarkan dengan pendekatan SETS.
2.      Penyampaian materi melalui pendekatan SETS, dapat membuat siswa mengetahui pengaruh sains terhadap teknologi, dan dampaknya terhadap masyarakat dan lingkungan.
3.      Memacu siswa lebih berfikir secara kritis dan terintegratif terhadap materi yang disajikan seperti yang tercakup dalam unsur-unsur SETS.
4.      Dengan pendekatan SETS diharapkan meningkatkan motivasi siswa kepada topic atau materi yang di bahas karena berkaitan dengan hal-hal nyata yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari.
5.      Meminimalis pandangan siswa bahwa pelajaran kimia sulit untuk dipahami.
Berdasarkan uraian tersebut, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul :
”Pembelajaran Berpendekatan SETS Materi Pokok Asam-Basa pada Siswa kelas VII Semester I SMP Negeri 9 Medan Tahun Ajaran 2012/2013”

1.2  Ruang Lingkup
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka beberapa masalah dapat diidentifikasi menjadi :
1.      Siswa mengalami kesulitan dalam memahami konsep-konsep kimia yang bersifat abstrak.
2.      Guru perlu menyampaikan materi dengan menggunakan pendekatan sesuai agar siswa mengetahui dan memahami bagaimana sains mempengaruhi laju pertumbuhan teknologi serta dampaknya terhadap masyarakat dan lingkungan secara timbal balik.

1.3  Batasan Masalah
Pada penelitian ini, peneliti hanya menitik beratkan pada hasil belajar kognitif siswa pada materi pokok Asam-Basa yang diberi pembelajaran dengan Pendekatan SETS dan Non-SETS pada siswa kelas VII SMP Negeri 9 Medan tahun Ajaran 2012/2013, mengingat keterbatasan waktu, tenaga serta kemampuan.
1.4  Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, adapun yang menjadi rumusan masalah pada penilitian ini adalah : Apakah ada perbedaan hasil belajar siswa yang di berikan pembelajaran dengan pendekatan SETS pada siswa kelas VII semester I SMP negeri 9 Medan tahun Ajaran 2012/2013.
1.5  Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan diatas, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan hasil belajar siswa pada materi pokok Asam-Basa antara siswa yang diberi pembelajaran dengan pendekatan SETS dan siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan pendekatan Non-SETS pada siswa kelas VII semester I SMP Negeri 9 Medan Tahun Ajaran 2012/2013.
1.6  Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :
1.      Manfaat bagi siswa
-          Siswa mampu memandang sesuatu, berfikir, dan bertindak secara keseluruhan dengan memperhatikan keempat unsur SETS.
-          Dengan Model pembelajaran berpendekatan SETS diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar kimia siswa.
-          Keterampilan (teknologi) dan berupaya menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
2.      Manfaat bagi guru
-          Guru terbiasa membekali siswa dengan pengetahuan menyeluruh dengan memperhatikan keempat unsur SETS.
-          Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai informasi atau wacana guru untuk meningkatkan hasil belajar kimia siswa dengan menerapkan pendekatan SETS dan mengembangkan metode pembelajaran kimia dengan menggunakan pendekatan SETS.
1.7  Defenisi Operasional
Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia hasil artinya akibat dari sesuatu yang diadakan, dijadikan oleh usaha atau pikiran. Sedangkan belajar adalah proses mencari ilmu untuk mengubah diri dengan baik, sesuai dengan tingkat keilmuan yang dicapai (Asmani, 2009). Sehingga hasil belajar dapat diartikan sebagai sesuatu yang diperoleh setelah melalui proses pembelajaran.
Ilmu kimia adalah ilmu yang mempelajari komposisi dan sifat-sifat materi serta perubahan yang didalamnya. Dan sains adalah suatu metode untuk mempelajari fisik alam semesta. Sains merupakan cara untuk menyakan dan menjawab pertanyaan (Moore, 2010).
Materi pokok Asam-Basa adalah materi pokok yang membahas mengenai sifat-sifat asam-basa, reaksi-reaksi asam-basa, tingkat keasaman (pH), dan jenis-jenis produk yang mengandung asam dan basa dalam kehidupan sehari-hari.
Pembelajaran dengan pendekatan SETS adalah pembelajaran yang memungkinkan siswa utuk memahami keterkaitan antara sains, pemikiran, lingkungan, dan masyarakat. Bagaimana  siswa mengenal fenomena alam yang selanjutnya dikenal sebagai sains dan mereka ambil manfaatnya untuk memenuhi ambisi kemanusiaannya dalam bentuk teknologi untuk memperoleh kemudahan atau kemanfaatan dalam proses kehidupan individu maupun bermasyarakat.
                                                                    BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1    Kerangka Teoritis
     2.1.1 Pengertian Belajar dan Pembelajaran
  Belajar adalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan. Artinya, tujuan kegiatan adalah perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut pengetahuan, keterampilan maupun sikap, bahkan meliputi segenap aspek organisme atau pribadi. Kegiatan belajar mengajar seperti mengorganisasi pengalaman belajar, mengolah kegiatan belajar mengajar, menilai proses, dan hasil belajar, kesemuanya termasuk dalam cakupan tanggung jawab guru. Jadi, hakikat belajar adalah perubahan (Djamarah, 2006).
Dalam Asmani belajar adalah proses mencari ilmu untuk mengubah diri dengan baik, sesuai dengan tingkat keilmuan yang dicapai. Proses mencari ilmu tidak dibatasi oleh sekat apapun bahkan oleh sekolah sekalipun. Proses mencari ilmu bias dengan cara membaca, mengikuti berbagai diskusi, menulis, dan lain-lain.m maka dari itu pelajaran harus diambil dari semua tempat supaya mempunyai keluasan cara berfikir dan wawasan yang mendalam (Asmani, 2009:20).
Menurut Gagne belajar merupakan kegiatan yang kompleks. Hasil belajar berupa kapabilitas. Setelah belajar orang memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap, dan nilai. Timbulnya kapabilitas tersebut adalah dari stimulasi yang berasal dari lingkungan, dan proses kognitif yang dilakukan oleh pebelajar. Dengan demikian belajar adalah seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi lingkungan, melewati pengolahan informasi menjadi kapabilitas baru. Menurut Gagne belajar terdiri dari tiga komponen penting, yaitu kondisi eksternal, internal, dan hasil belajar (Mudjiono, 2002).
Beberapa pakar mempunyai pendapat tentang pengertian belajar. James O. Whittaker merumuskan belajar sebagai proses, dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman.
Cronbach berpendapat : “Learning is shown by change in behavior as a result of experience (belajar sebagai suatu aktivitas yang ditunjukkan oleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman). Howard L.Kingskey berpendapat, “learning is the process by which behavior (in the broader sense) is originated or changed through practice or training (belajar adalah proses, dimana tingkah laku [dalam arti luas] ditimbulkan atau diubah melalui praktik atau latihan). Sementara Geoch merumuskan, ”learning is change is performance as a result of practice (belajar adalah perubahan penampilan sebagai hasil dari praktik) (Djamarah, 2008 : 12-13).
Dalam Mudjiono pembelajaran merupakan proses yang diselenggarakan oleh guru untuk membelajarkan siswa dalam belajar bagaimana belajar memperoleh dan memproses pengetahuan, keterampilan, dan sikap (Mudjiono, 2002).
Dalam Sadiman (2006), usaha-usaha yang terencana dalam memanipulasi sumber-sumber belajar agar terjadi proses belajar dalam diri siswa kita sebut pembelajaran (Sadiman, 2006: 7).
2.1.2 Manfaat Belajar
            Manfaat belajar sanagat besar dalam memajukan peradaban kemanusiaan di dunia ini. Akal, sebagai anugerah yang di berikan Allah kepada manusia, yang dimanfaatkan dan dikembangkan dengan cara belajar, dapat digunakan sebagai alat pemacu semua aspek kehidupan, personal individual dan social humanistik.
Diantara manfaat belajar adalah :
-           Mendapat dan memperteguh ilmu pengetahuan
-          Mmenemukan ilmu baru yang orisinal
-          Mengubah sikap dan perilaku
-          Membangun peradaban kemanusiaan yang unggul
-          Menggapai ridha sang pencipta (Asmani, 2009: 21).
2.1.3 Hasil Belajar
Hasil belajar yang dicapai seseorang merupakan hasil belajar yang diperoleh melalui proses belajar dan dipengaruhi oleh faktor yang bersifat internal atau eksternal. Perubahan yang terjadi biasanya dapat dilihat dengan bertambah baiknya atau meningkatnya kemampuan yang dicapai seseorang. Pengertian hasil belajar, merupakan segala sesuatu yang diperoleh, dikuasai atau merupakan hasil proses belajar mengajar”. Hasil belajar merupakan kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajar”.
Sudjana (2005) menyatakan bahwa: Penilaian hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai siswa dengan kriteria tertentu. Hal ini mengisyaratkan bahwa objek yang dinilainya adalah hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa pada hakekatnya adalah perubahan tingkah laku. Tingkah laku sebagai akhir belajar dalam pengertian yang luas mencakup bidang kognitif , afektif dan psikomotorik.
Perubahan tingkah laku melalui pembelajaran yaitu perubahan yang lebih maju, lebih tinggi, dan lebih baik daripada tingkah laku yang ada sebelum aktivitas pembelajaran (Asmani, 2009:21).
Para ahli pendidikan telah lama mencoba merumuskan dan menyusun tingkatan kemampuan hasil pendidikan yang dapat dijangkau, diukur dan distandarisasi dalam sistem persekolahan. Misalnya Bloom yang mengajukan konsep tujuan instruksional yang memiliki tiga tujuan/ranah yaitu tujuan kognitif, tujuan afektif dan tujuan psikomotorik.
2.1.4 Pengertian Tes
            Tes adalah alat atau prosedur yang dipergunakan dalam rangka pengukuran dan penilaian. Cara (yang dapat dipergunakan) atau prosedur (yang perlu ditempuh) dalam rangka pengukuran dan penilaian di bidang pendidikan, yang berbentuk pemberian tugas, sehingga diperoleh nilai yang mengembangkan tingkah laku atau prestasi tes.
Fungsi tes antara lain :
a.       Sebagai alat pengukur terhadap peserta didik. Dalam hubungan ini tes berfungsi mengukur tingkat perkembangan atau kemajuan yang dicapai oleh peserta didik setelah mereka menempuh proses belajar dalam jangka waktu tertentu.
b.      Sebagai alat pengukur keberhasilan program pengajaran, sebab melalui tes tersebut akan diketahui sudah seberapa jauh program pengajaran yang telah ditentukan telah dicapai (Arikunto, 2009)
2.1.5 Pembelajaran Berpendekatan SETS
            Istilah lain yang lebih umum dari istilah strategi dan model pembelajaran adalah istilah pendekatan (approach). Pendekatan memang tidak sama dengan strategi ataupun model.
            Pendekatan adalah istilah yang tidak diberikan untuk hal yang bersifat lebih umum; dan strategi adalah penjabaran dari pendekatan yang digunakan itu. Roy killen (1998), contohnya membedakan istilah pendekatan dengan strategi. Bagi Killen ada dua pendekatan yang dapat digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran yaitu pendekatan pembelajaran yang berorientasi kepada guru dan pendekatan yang berorientasi kepada siswa atau Teacher-centered approaches dan Student-centered approach (Sanjaya, 2008: 10).
Pada dasarnya dalam kehidupan manusia, unsur sains, lingkungan, teknologi dan masyarakat itu saling berkaitan satu sama lain. Hal ini semakin memperoleh pembenaran ketika masing-masing individu manusia harus hidup bermasyarakat dan sebagai bagian masyarakat harus berinteraksi dengan alam sebagai habitat hidupnya. Dari sana kemudian mereka mengenal fenomena alam yang selanjutnya dikenal sebagai sains dan mereka ambil manfaatnya untuk memenuhi ambisi kemanusiaannya dalam bentuk teknologi untuk memperoleh kemudahan atau kemanfaatan dalam proses kehidupan individu maupun bermasyarakat. Oleh karena itu aneh apabila dalam kegiatan pembelajaran sains di sekolah kita hanya memberi penekanan pada pemahaman konsep sains yang ingin diperkenalkan tanpa mengkaitkan dengan elemen lain yang meliputi lingkungan, teknologi, dan masyarakat. Atas dasar itulah pembelajaran sains di sekolah yang berwawasan SETS (Science, Environment, Technology, and Society) memberi penekanan penting pada keterkaitan antara elemen-elemen SETS tersebut seperti terdapat pada gambar 1.






                                                                             






Oval: TECHNOLOGY

Oval: ENVIRONTMENT





Gambar 2.1 Keterkaitan antar Unsur SETS
Sumber: Binadja, 1999c: 5
Pada gambar tersebut tampak bahwa unsur sains mendapat perhatian utama. Namun tidak menutup kemungkinan lingkungan, teknologi maupun masyarakat yang mendapat perhatian utama. Dengan meletakkan sains sebagai fokus perhatian, seperti yang biasa dilakukan dalam kegiatan pengajaran sains, maka guru sains serta para siswa yang menghadapi pelajaran sains dapat dibawa melihat bentuk keterkaitan sebenarnya dari ilmu yang dipelajarinya (sains) dikaitkan unsur lain dalam SETS. Oleh karena itu dalam pengajaran sains seharusnya guru dan siswa dapat mengambil berbagai contoh serta fakta yang ada atau kemungkinan fakta yang dapat dikaitkan secara terpadu dalam pengenalan atau pembelajaran konsep sains yang dihadapi sesuai dengan tujuan pengajaran dan pada saat memungkinkan siswa mengembangkan diri berdasarkan pengetahuan yang dipelajari tersebut.
            Menurut Binadja (1999c: 7), dalam pendidikan SETS, tentunya pendekatan yang paling sesuai adalah pendekatan SETS itu sendiri.
            Ciri atau karakteristik pendekatan SETS menurut Binadja (1999c: 7) antara lain:
1. Tetap memberi pengajaran sains.
2. Murid dibawa ke situasi untuk memanfaatkan konsep sains ke bentuk teknologi untuk kepentingan masyarakat.
3. Murid diminta untuk berpikir tentang berbagai kemungkinan akibat yang terjadi dalam proses pentransferan sains tersebut ke bentuk teknologi.
4. Murid diminta untuk menjelaskan keterkaitan antara unsur sains yang dibincangkan dengan unsur-unsur lain dalam SETS yang mempengaruhi berbagai keterkaitan antar unsur tersebut.
5. Murid dibawa untuk mempertimbangkan manfaat atau kerugian menggunakan konsep sains tersebut bila diubah dalam bentuk teknologi berkenaan.
6. Dalam konteks konstruktivisme, murid dapat diajak berbincang tentang SETS dari berbagai macam arah dan dari berbagai macam titik awal tergantung pengetahuan dasar yang dimiliki oleh siswa bersangkutan.
            Pendekatan SETS dalam pembahasannya lebih mengutamakan keterkaitan antara topik bahasan dengan kehidupan sehari-hari siswa (Binadja, 1999a: 3). Ini berarti bahwa bahasan yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari siswa lebih diutamakan. Di samping itu masalah-masalah atau hal-hal yang sedang beredar di masyarakat perlu dibicarakan di kelas sebagai pembuka mata agar siswa tahu bahwa masyarakat di sekitar mereka sedang memiliki berbagai masalah yang perlu segera diatasi.
            Secara mendasar dapat dikatakan bahwa melalui pendekatan SETS ini diharapkan agar peserta didik akan memiliki kemampuan memandang sesuatu secara terintegratif dengan memperhatikan keempat unsur SETS, sehingga diperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang pengetahuan yang dimilikinya. Sebagai konsekuensinya, diharapkan agar pengetahuan yang dipahaminya secara mendalam itu, akan memungkinkan mereka memanfaatkan pengetahuan yang dimiliki dalam kehidupan dan untuk kehidupan setara dengan tingkat pendidikan yang diperolehnya. Selain itu SETS akan membimbing peserta didik agar berpikir secara global/keseluruhan dan bertindak memecahkan masalah lokal lingkungan, baik lingkungan lokal maupun hubungan lingkungan dengan segala sesuatu yang berkaitan dengan masyarakat dan berperan serta dalam pemecahan masalah internasional sesuai kapasitasnya (Binadja, 1999a: 1-2).
Fokus pengajaran SETS haruslah mengenai bagaimana cara membuat peserta didik agar dapat melakukan penyelidikan untuk mendapatkan pengetahuan yang berkaitan dengan sains, lingkungan, teknologi dan masyarakat yang saling  berkaitan (Binadja, 1999a: 4). Meminta peserta didik melakukan penyelidikan berarti memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan lebih jauh pengetahuan yang telah mereka peroleh agar mereka dapat menyelesaikan masalah-masalah yang diperkirakan akan timbul di sekitar kehidupannya.
            Dalam pembelajaran bervisi SETS diperlukan pemikiran yang kritis untuk belajar setiap elemen SETS dengan memperhatikan berbagai keterkaitan antara unsur-unsur SETS (Binadja, 1999b: 1). Metode pembelajaran yang berwawasasn SETS yang perlu selalu dilakukan adalah sebagai berikut:
1. lebih menekankan agar peserta didik memperoleh kegiatan pembelajaran dan bukan pengajaran.
2. memperoleh dorongan dan menerima inisiatif serta otonomi.
3. memperhatikan siswa sebagai makhluk hidup yang memiliki keinginan dan tujuan.
4. menitik beratkan pengalaman siswa dalam proses pembelajaran.
5. memperoleh bimbingan untuk mengembangkan rasa ingin tahu terhadap alam dan segala hal.
6. menekankan pentingnya kinerja dan pemahaman ketika mulai proses pembelajaran.

7. mendorong perserta didik untuk melibatkan diri dalam perbincangan dengan guru dan sesama pelajar secara bersama (Binadja, 1999c: 7).
            Telaah fakta-fakta social atau pengalaman social merupakan dasar pengembangan kemampuan berfikir, artinya pengembangan gagasan dan ide-ide didasarkan kepada pengalaman social anak dalam kehidupan sehari-hari dan atau berdasarkan kemampuan anak untuk mendeskripsikan hasil pengamatan mereka terhadap berbagai fakta dan data yang mereka peroleh dalam kehidupan sehari-hari (Sanjaya, 2008: 128).
            Berfikir kritis adalah berfikir secara beralasan dan reflektif dengan menekankan pembuatan keputusan tentang apa yang harus dipercayai atau dilakukan (Hassoubah, 2004: 87).
            Berfikir kritis menjadi alat filter dan seleksi hal-hal negative. Sebagai seorang pelajar yang menjadi calon cendikiawan, seleksi dalam membaca buku dan menerima ilmu pengetahuan dari manapun adalah sebuah keniscayaan, tidak asal diambil dan diyakini kebenarannya. Banyak ilmu sekarang ini yang membahayakan masa depan peradaban manusia. Maka, selektif, ambil, dan kembangkan sisi baiknya (Asmani, 2009: 45). Penerapan berfikir kritis, dapat menjauhkan seseorang dari keputusan yang keliru, tidak bermoral, dan tergesa-gesa (Hassoubah, 2004: 86).
2.1.6. Tinjauan Materi Pokok Asam-Basa
1. Pengertian Asam
            Asam adalah senyawa yang mengandung Hidrogen dan yang larut dalam air untuk menghasilkan ion H (H+). Ion adalah partikel yang mempunyai muatan listrik. Ion H memberikan sifat khusus kepada asam, tetapi hanya ada dalam larutan, maka asam hanya menunjukkan sifatnya ketika larut (Smith, 2006: 34).
            Sifat-sifat asam antara lain :
-          Berasa masam/kecut jika dikecap
-          Terasa sangat pedih bila terkena kulit
-          Bereaksi dengan logam-logam tertentu (Magnesium, Zink, dan Besi) menghasilkan gas hydrogen
-          Bereaksi dengan batu kapur dan soda kue menghasilkan karbon dioksida (Moore, 2009: 194)
-           Memiliki pH kurang dari 7 (pH < 7)
-          Bersifat korosif, artinya dapat menyebabkan karat pada logam.
-           Lakmus biru -> berubah menjadi warna merah
-          Lakmus merah -> tetap berwarna merah
Contoh Asam :
Nama Senyawa
Rumus Kimia
Cuka (Asam Asetat)
Air terkarbonasi ( Asam Karbonat)
Obat tetes mata (Asam Borat)
Aspirin ( Asam Asetilsalisilat)
CH3COOH
H2CO3
H3BO3
C16H12O6
Table 2.1 Contoh Senyawa Asam   (Moore, 2009: 194)
2. Pengertian Basa
            Menurut Arrhenius, basa adalah senyawa yang dalam air dapat menghasilkan ion hidroksida (OH-). Jadi pembawa sifat basa adalah ion OH- (Michael, 2010: 27)
            Basa merupakan kebalikan dari asam. Basa yang dapat larut dalam air disebut alkali. Ketika dicampurkan dengan asam, basa menetralkan (menghilangkan) sifat-sifat asamnya dan reaksinya menghasilkan garam ditambah air (Smith, 2006: 35).
            Sifat-sifat Basa antara lain :
-          Berasa pahit
-          Terasa licin dikulit
-          Bereaksi dengan minyak dan lemak
-          Bereaksi dengan asam menghasilkan garam dan air (Moore, 2009: 194)
-          Memiliki pH di atas 7 (pH > 7)
-          Jika diuji menggunakan kertas lakmus akan memberikan hasil sebagai berikut
·          Lakmus merah -> berubah warnanya menjadi biru.
·         Lakmus biru -> tetap berwarna biru
-           Menetralkan sifat asam.
Contoh Basa :
Nama Senyawa
Rumus Kimia
Pembersih (Amonia)
Soda Kue ( Natrium Bikarbonat)
NH3
NHCO3
Table 2.2 Contoh senyawa Basa (Moore, 2009: 194)
3. Garam
Garam ialah zat senyawa yang telah disusun oleh ion positif (anion) basa dan ion negatif (kation) asam. Jika asam dan basa tepat habis bereaksi maka reaksinya disebut reaksi penetralan (reaksi netralisasi).
Berikut ini adalah karakteristik dari garam.
1.      Memiliki titik lebur yang tinggi.
2.      Merupakan senyawa ionik dengan ikatan kuat.
3.      Dalam bentuk leburan atau larutan dapat menghantarkan listrik.
4.      Sifat larutannya dapat berupa asam, basa, atau netral. Sifat ini tergantung dari jenis asam/basa kuat pembentuknya.
            Asam dan Basa saling menetralkan membentuk senyawa yang disebut garam.
Asam + Basa              Garam + Air
Contohnya, yaitu reaksi antara HCl dengan NaOH yang menghasilkan NaCl (garam dapur).
HCl(aq) + NaOH(aq)            NaCl(aq) + H2O(l)
            Reaksi penetralan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari atau industry untuk berbagai keperluan (Michael, 2010: 28).
Contoh:
Reaksi kimia lain yang dapat menghasilkan garam adalah:
1.      Asam                + Basa                 menghasilkan garam + air
2.      Basa                 + Oksida asam    menghasilkan garam + air
3.      Asam                + Oksida basa     menghasilkan garam + air
4.      Oksida asam    + Oksida basa      menghasilkan garam
5.      Logam              + Asam                menghasilkan garam menghasilkan garam + H2

4. Indikator, Skala Keasaman dan Kebasaan
            Indikator adalah senyawa kompleks yang bisa bereaksi dengan asam dan basa. Indikator digunakan untuk mengidentifikasi apakah suatu zat bersifat asam atau basa. Selain itu, indikator juga digunakan untuk mengetahui titik tingkat kekuatan asam atau basa. Skala keasaman dan kebasaan ditunjukkan oleh besar-kecilnya nilai pH yang skalanya dari 0 sampai dengan 14. Semakin kecil nilai pH maka senyawa tersebut semakin asam. Sebaliknya, semakin besar nilai pH maka senyawa tersebut semakin bersifat basa.
            Indikator dapat terbuat dari zat warna alami tanaman atau dibuat secara sintetis di laboratorium. Syarat dapat atau tidaknya suatu zat dijadikan indikator asam-basa adalah bisa terjadi perubahan warna apabila suatu indikator diteteskan pada larutan asam atau basa.
            Indikator dapat menunujukkan apakah sesuatu adalah asam atau alkali (basa). Suatu indicator adalah suatu zat yang berubah warna ketika dimasukkan kedalam asam atau basa. Sedangkan pH merupakan singkatan dari “power of hydrogen” atau kekuatan Hidrogen dan merupakan ukuran konsentrasi ion Hidrogen dalam suatu larutan (Smith, 2006: 36).
            Ragam Indikator antara lain :
a.        Indikator alami (terbuat dari zat warna alami tumbuhah)
 Indikator alami hanya bisa menunjukkan apakah zat tersebut bersifat asam atau basa, tetapi tidak dapat menunjukan nilai pH-nya. Contohnya : Ekstrak bunga mawar, ekstrak kembang sepatu, ekstrak kunyit, ekstrak temulawak, ekstrak wortel, ekstrak kol (kubis) merah, dan tanaman Hydrangea.
Gambar 2.2 Indikator alami
http://news.tobaonline.com/wp-content/uploads/2011/10/Kembang-Sepatu-Merah.jpg http://nimadesriandani.files.wordpress.com/2011/06/hydrangea-biru-bunga-pecah-seribu.jpg
            Kembang sepatu                     Hydrangea     

b.      Indikator sintetis
Indikator sintesis yang umum ini digunakan di laboratorium adalah:
·         Kertas lakmus. Indikator lakmus tidak dapat menunjukkan nilai pH, tetapi hanya mengidentlfikasikan apakah suatu zat bersifat basa atau asam. Jika lakmus berwarna merah berarti zat bersifat asam dan jika lakmus berwarna biru berarti lakmus bersifat basa.
Gambar 2.3 kertas lakmus
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh6fMghsHKprvXgRVAlIl-fKmWKaWZ7Dx5qhz4o6wbX5iSWBW1zrv1v-ituXIC6m9NsuMZMo0ER8Evygpz76lFr8ge57i1WouQeR-ZMqSZHSxyd0B9yhsz1hMUWlvQMu_RT2gdtJE3CQW8/s320/asam.gif
Indikator sintesis, yang memiliki kisaran nilai pH adalah:
Tabel 2.3 Indikator sintesis
Nama Indikator
Trayek pH
Perubahan warna
1.      fenolftalein (pp)
2.      Metil orange(Mo)
3.      Metil merah (Mm)
4.      Bromtimol biru (Bb)
5.      Metil biru (Mb)
8,3-10
3,2-4,4
4,8-6,0
6,0-7,6
10,6-13,4
tak berwarna-merah muda
Merah-kuning
Merah-kuning
Kuning-biru
Biru-ungu
         
c.       Indikator Universal
Indikator Universal yakni indikator yang punya warna standar yang berbeda untuk setiap nilai pH 1 - 14. Fungsi indikator universal adalah untuk memeriksa derajat keasaman (pH) suatu zat secara akurat. Mat yang termasuk indikator universal adalah pH meter yang menghasilkan data pembacaan indikator secara digital.

Gambar 2.4 Indikator Universal
http://asytifebliza2.files.wordpress.com/2010/11/m3.jpghttp://asytifebliza2.files.wordpress.com/2010/11/m4.jpg?w=470
2.1.7 Tinjauan Pembelajaran dengan Pendekatan SETS pada Materi Pokok Asam-Basa
            Titik berat pembelajaran sains berwawasan SETS adalah mengkaitkan antara konsep sains yang dipelajari dengan keberadaan serta implikasi konsep tersebut pada lingkungan, teknologi, dan masyarakat dalam konteks SETS (Binadja, 2001: 6). Demikian halnya pembelajaran pada materi pokok Asam-Basa dengan pendekatan SETS. Guru sedapat mungkin membawa siswa ke arah pemikiran yang menyeluruh (integral) dengan mengkaitkan antara materi Asam-Basa yang dipelajari dengan keberadaan serta implikasi materi tersebut dengan lingkungan, teknologi dan masyarakat.
            Penggunaan metode-metode pembelajaran disesuaikan sedemikian rupa sehingga memenuhi kompetensi yang ditetapkan dalam kurikulum dan selaras dengan pendekatan SETS yang dikembangkan. Kegiatan pembelajaran dengan pendekatan SETS pada materi pokok Asam-Basa dilakukan dengan metode diskusi informasi yang berwawasan SETS, tanya jawab, tugas dan ceramah bermakna. Perpaduan antara berbagai metode pembelajaran akan lebih mengoptimalkan hasil yang dicapai karena dengan demikian kelemahan dari metode yang satu dapat ditutupi oleh keunggulan dari metode yang lain.
            Pada proses pembelajaran, guru dapat mengangkat isu yang berkembang di masyarakat mengenai sistem Asam-Basa, kemudian mencoba mengkaitkan ke bentuk teknologi dan dampaknya terhadap lingkungan dan masyarakat serta cara pemecahannya dan tindakan positif apa yang dapat dilakukan menanggapi isu tersebut. Siswa akan dituntut berpikir aktif dan kreatif. Pemikiran yang kreatif mendorong siswa menguasai pengetahuan, manfaat dan efek sampingnya. Dengan demikian proses pembelajaran akan menjadi lebih menarik sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Penggabungan bahan-bahan pembelajaran berwawasan SETS mengikuti dasar pemikiran untuk sedapat mungkin membawa pemikiran siswa ke penerapan konsep sains ke bentuk teknologi yang bermanfaat bagi masyarakat tanpa harus merusak lingkungan (Binadja, 2001: 6). Sumber belajar pada pembelajaran materi pokok Asam-Basa tidak hanya berasal dari guru tetapi juga berasal dari lingkungan dan masyarakat, misalnya dari media massa, media elektronik, buku-buku pengetahuan umum serta lingkungan sekitar. Hal ini diperlukan mengingat teknologi informasi berkembang sedemikian cepat dalam menyajikan berbagai macam informasi terkini yang perlu selalu diikuti perkembangannya baik oleh guru maupun siswa.
            Contoh nyata pembelajaran dengan metode SETS adalah guru mengajak siswa memahami pentingnya ilmu pengetahuan terhadap lingkungan, teknologi dan masyarakat sebagai satu kesatuan yang terintegrasi. Hal ini digunakan sebagai apersepsi dan motivasi siswa dalam mempelajari materi Asam-Basa. Materi pembelajaran pada pertemuan ini  adalah Asam-Basa (sifat-sifat Asam-Basa, kegunaannya,dan indicator) . Sumber informasi berwawasan SETS pada pertemuan ini adalah artikel-artikel mengenai senyawa-senyawa asam-basa. Setelah belajar Asam-Basa siswa menganalisis manfaat Asam-Basa tersebut dalam bentuk teknologi dan dampaknya bagi masyarakat dan lingkungan. Misalnya mengenai senyawa Basa (deterjen). Deterjen digunakan sebagai bahan untuk mencuci pakaian, namun busa banyak yang dihasilkan deterjen dapat membahayakan lingkungan dan masyarakat, oleh karena itu detejen dapat dikendalikan dengan menambahkan inhibitor garam alkali seperti kapur dan soda. Buih yang terbentuk akan dapat dihilangkan dengan proses skimming (penyendokan buih) atau flotasi, sehingga deterjen tidak membahayakan lingkungan dan masyarakat (http://smk3ae.wordpress.com/2008/07/15/metode-pengolahan-detergen/).
Pertemuan ini diakhiri dengan tugas mencari artikel tentang suatu senyawa Asam-Basa dan menganalisisnya seperti halnya pada saat proses pembelajaran. Dalam hal teknologi guru dapat mengajak siswa untuk melihat software Asam-Basa yang menandakan perkembangan teknologi informasi dalam bidang kimia yang memudahkan peserta didik dalam mempelajari ilmu kimia khususnya dalam materi Asam-Basa.
            Jadi materi pokok Asam-Basa dapat diajarkan secara menarik dan dilakukan pendekatan secara analogi pada kehidupan sehari – hari siswa. Sehingga pada pelajaran ini siswa tidak dibebani pembelajaran dengan metode ceramah sehingga materi yang diajarkan dapat dipahami dan diingat oleh siswa dengan baik karena materi ini merupakan materi dasar yang harus dikuasai oleh siswa untuk dapat mempelajari materi selanjutnya. 
2.2.  Kerangka Berpikir
            Pendekatan pembelajaran merupakan salah satu faktor yang dapat menentukan hasil belajar siswa. Pendekatan pembelajaran adalah salah satu komponen dalam pembelajaran yang mempunyai arti kegiatan-kegiatan guru selama proses pembelajaraan berlangsung sehingga tujuannya tercapai. Semakin tepat memilih pendekatan pembelajaran diharapkan semakin efektif dalam mencapai tujuan serta mencapai hasil belajar yang baik pula. Oleh karena itu penting bagi guru untuk memilih pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan materi yang diajarkannya sehingga akan lebih mempermudah siswa dalam menerima pelajaran yang diberikan oleh guru.
            Pendekataan SETS merupakan pendekatan pembelajaran yang dalam pelaksanaannya selalu mengkaitkan antara sains yang sedang dipelajari dengan unsur lain dalam SETS yaitu lingkungan teknologi dan masyarakat. Melalui pendekatan ini diharapkan siswa mempunyai kemampuan memandang sesuatu secara terintegratif dengan memperhatikan keempat unsur SETS sehingga dapat memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang materi yang sedang dipelajari.
            Pendekatan konvensional merupakan pembelajaran yang tidak mengintegrasikan sains yang dipelajari dengan lingkungan, teknologi, dan masyarakat sebagai satu kesatuan. Melalui pembelajaran ini diharapkan siswa dapat memahami materi pelajaran yang dipelajari namun tidak mengkaitkan antara sains dengan unsur lain dalam SETS.
Tabel 2.4 Perbedaan Pendekatan SETS dengan Pembelajaran Konvensional
No
Pembelajaran Konvensional
Pendekatan SETS
1.

2.



3.



4.
Pembahasan       materi   sains  murni

Sumber belajar terbatas pada  buku-buku pelajaran yang tidak mengandung muatan  SETS                   


Guru     memberikan materi  pelajaran     sesuai    dengan yang terdapat dalam kurikulum yang berlaku  

Sebagian besar aktivitas siswa menerima informasi dari guru (siswa pasif)      
Pembahasan materi mengkaitkan antara sains murni dengan teknologi,    masyarakat      dan lingkungan
Sumber belajar berupa bahan ajar buku-buku pelajaran yang berwawasan SETS ditunjang sumber belajar lain seperti media cetak, media elektronik dan kejadian di lingkungan yang relevan dengan materi pelajaran
Guru mengembangkan materi pelajaran     sesuai    dengan yang terdapat dalam kurikulum  yang berlaku sesuai dengan konsep SETS
Selain menerima informasi dari guru,  siswa juga mencari informasi sendiri dari sumber lain (siswa aktif)
Sumber : Binadja, Achmad. 1999. Cakupan Pendidikan SETS  untuk Bidang Sains dan Non  Sains. Disajikan pada Seminar Lokakarya di Semarang.  
Penulis beranggapan bahwa materi Asam-Basa lebih tepat apabila diberikan dengan pendekatan SETS daripada pembelajaran konvensional karena materi tersebut sangat terkait dengan unsur-unsur lain dalam SETS. Melalui penerapan pendekatan SETS, siswa diajak untuk mencari informasi sendiri dengan memanfaatkan lingkungan sekitar serta media elektronik yang ada, tidak hanya sekedar mendengar, melihat, dan mengingat tetapi harus memahami dan berpikir secara terintegratif dengan memperhatikan keempat unsur SETS. Berdasarkan kerangka berpikir tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian ini.

2.3. Hipotesis Penelitian
2.3.1. Hipotesis Verbal
1. Hipotesis nol (Ho)
Tidak ada perbedaan yang signifikan pada hasil belajar kimia dengan pendekatan SETS pada materi pokok Asam-Basa pada siswa kelas VII semester 1 SMP Negeri 9 Medan  tahun ajaran 2012/2013.
2. Hipotesis alternatif (Ha)
Ada perbedaan yang signifikan pada hasil belajar kimia dengan pendekatan  SETS pada materi pokok Asam-Basa pada siswa kelas VII semester 1 SMP Negeri 9 Medan  tahun ajaran 2012/2013.
2.3.2. Hipotesis Statistik
Ho       :   µ 1    =        µ 2                                                         
Ha       :   µ 1            µ 2

                                                                         BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian yaitu di SMP Negeri 9 Medan Jl. T.B Simatupang No.118. Waktu penelitian  diadakan pada semester I, pada bulan September-November 2012.

3.2. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 9 Medan yang berjumlah 208 orang yang terdistribusi pada 5 kelas.  Kelas VII-5 merupakan kelas unggulan, dan selebihnya kelas reguler. Sedangkan yang menjadi sampelnya yaitu kelas VII-3 sebagai kelas perlakuan dengan jumlah siswa 41 orang dan kelas VII-4 sebagai kelas kontrol dengan jumlah siswa 40 orang.  Teknik pengambilan sampel yaitu pengambilan sampel secara acak atau random sampling yaitu setiap anggota kelompok populasi berhak menjadi sampel penelitian, dimana sampel diambil dengan cara pengundian.

3.3. Variabel Penelitian
Adapun yang menjadi variabel dalam penelitian ini adalah:
1.      Variabel bebas adalah Pembelajaran berpendekatan SETS (Sains, Environment, Technology, and Societ)
2.      Variabel terikat adalah hasil belajar siswa setelah diberikan perlakuan.
3.4 Instrumen Penelitian
      Instrumen/Alat pengumpul data pada penelitian ini adalah tes hasil belajar ranah kognitif atau tes objektif yang berbentuk pilihan berganda yang terdiri dari lima pilihan jawaban dengan jumlah soal 20 butir. Soal yang dijawab benar diberi skor 1 dan jika salah 0, dimana nilai akhir (NA) dapat dihitung sebagai berikut :
            NA=

Sebelum digunakan untuk mengumpulkan data, seperangkat tes tersebut harus diuji coba kelayakannya di luar sampel, meliputi uji validitas, uji reliabilitas, tingkat kesukaran tes dan daya beda soal.
  1. Validitas Tes
Rumus untuk menghitung validitas butir soal (validitas item) adalah:
Rxy=         (Arikunto, 2009)
Dimana:           rxy   = koefisien korelasi item
                        X     = skor item
                        Y     = skor total item
                        N     = banyaknya item
Untuk menafsir keberartian harga validitas tiap soal maka harga tersebut dikonsultasikan dengan harga kritik r product moment dengan a = 0.05 jika rhitung > rtabel  maka korelasi valid.
  1. Reliabilitas Tes
Untuk menghitung reliabilitas tes digunakan rumus K-R (Kuder-Richardson) 20 yakni sebagai berikut:
r11=                            (Arikunto, 2009)
dimana:          r11              =  reliabilitas tes secara keseluruhan
                        n              =  banyaknya item tes
                        St             =  standar deviasi skor total tiap subjek
                        P              =  proporsi siswa yang menjawab benar
                        Q             =  proporsi siswa yang menjawab salah
Untuk menafsirkan harga-harga reliabilitas dari soal-soal maka harga tersebut dikonfirmasikan ke tabel harga kritik r tabel product moment dengan a = 0,05. jika rhitung> rtabel maka soal reliabel.



  1. Tingkat Kesukaran Soal
I =               (Sudjana, 2009)

Dimana:           I               =  tingkat kesukaran
                        B             =  banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar
                        N             =  jumlah keseluruhan tes
Kriteria tingkat kesukaran soal sebagai berikut:
0     -  0,30       = soal sukar
0,31 - 0,70       = soal sedang
0,71 – 1,00      = soal mudah

  1. Daya Beda Soal
Rumus untuk menentukan daya beda soal adalah:
D=           (Arikunto, 2009)
Dimana:   J       =  jumlah peserta tes
                JA    =  banyaknya peserta kelompok atas
                JB    =  banyaknya peserta kelompok bawah
            BA  =  banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal dengan benar
    BB   =  banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar

Dengan kriteria:
D:0,00-0,20   = jelek
D:0,21-0,40   = cukup
D:0,41-0,70   = baik
D:0,71-1,00   = baik sekali           (Arikunto, 2009)




Dalam menentukan skor dalam tes bentuk pilihan berganda pada penelitian ini, peneliti menggunakan teknik penskoran tanpa hukuman, yaitu dengan rumus:
S = R
Keterangan:
S = skor yang diperoleh siswa
R = jumlah yang benar

3.5  Desain Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian eksperimen. Dalam pelaksanaan penelitian melibatkan dua perlakuan yang berbeda antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pemberian perlakuan dalam kelas eksperimen adalah pengajaran dengan menggunakan Pembelajran berpendekatan SETS (Sains, Environment, Technology, and Societ) sedangkan kelas kontrol adalah Pembelajaran Konvensional. Adapun desain penelitiannya adalah sebagai berikut :
Tabel 3.1. Desain Penelitian
Sampel
Pre-test
Perlakuan
Post-test
Kelas Eksperimen
T1
X2
T2
Kelas kontrol
T1
X1
T2
Keterangan:
T1           : Pre-test
T2         : Post-test
X1        : Pembelajaran Konvensional
X2        : Pembelajaran dengan Pendekatan SETS